Kabar meninggalnya Ketua MUI Garut, KH. Sirojul Munir, menyapa masyarakat dengan duka mendalam. Seperti mata air yang tak pernah kering, jejak kebaikan dan warisan spiritual sang kiai masih terus mengalir dan mewarnai ruang sosial di Garut—dan jauh melampaui batas administratifnya.
Kepergian yang Membekas: Duka Serempak di Kampung Santri
Pada Jumat pagi, 1 Agustus 2025, langit Garut seperti ikut berselimut awan duka. KH. Sirojul Munir, sosok bersahaja namun sangat teguh, tutup usia 68 tahun di RSUD dr. Slamet setelah perjuangan panjang melawan komplikasi jantung dan diabetes. Bagi masyarakat, kepergiannya bukan sekadar kabar pilu. Ia seperti tiangnya rumah adat—menjaga keseimbangan dan memberikan naungan selama puluhan tahun.
Pemakaman di Kampung Bentar Hilir, yang berlangsung tenang namun diselimuti haru, menjadi momentum kebersamaan yang luar biasa. Ribuan pelayat dari berbagai lapisan hadir, membawa doa dan kenangan yang terlilit di hati mereka. Banyak yang menyebut, kepergiannya meninggalkan satu ruang kosong yang sangat sulit, bahkan hampir mustahil, untuk tergantikan dalam waktu dekat.
Gema Moderasi: Dakwah yang Tak Pernah Usang
Sepanjang hayat, KH. Sirojul Munir tidak pernah berhenti mencari makna keberagaman dan membangun perdamaian sosial. Kiprahnya melampaui ruang kantor MUI—ia terjun ke banyak lini kehidupan masyarakat. Melalui program dakwah ke pelosok, inisiatif pendidikan pesantren modern, hingga forum mediasi antarormas, beliau telah menorehkan pengaruh yang sangat bermanfaat dalam membangun harmoni.
Dengan memadukan keilmuan klasik dan pendekatan kekinian, KH. Sirojul Munir mampu merangkul mereka yang berbeda pandangan. Ia seolah memainkan peran seperti seorang konduktor—mengarahkan orkestra keberagaman agar menghasilkan harmoni, bukan disonansi. Setiap ceramahnya sangat jelas secara luar biasa, membekas di ingatan, dan menyejukkan hati.
Penting untuk dicatat, salah satu terobosannya yang sangat inovatif adalah menjembatani pesantren dan dunia industri. Dengan berkolaborasi dengan pemerintah serta pelaku usaha, ia membuka peluang baru—pesantren bukan lagi menara gading, melainkan simpul kemajuan yang sangat serbaguna secara luar biasa bagi masyarakat.
Kepemimpinan Humanistik: Dihormati Lintas Zaman
Pada era di mana polarisasi sosial kian nyata, kehadiran KH. Sirojul Munir terasa seperti pelita yang tetap menyala di tengah badai digitalisasi. Ia membuktikan, kepercayaan masyarakat tidak datang dari sekadar gelar atau posisi formal. Melainkan, melalui keteladanan, kelapangan dada, dan kemauan mendengar yang sangat menyejukkan.
Saat pandemi melanda, misalnya, beliau mengambil langkah proaktif dalam mensosialisasikan protokol kesehatan berbasis maqashid syariah. Dengan cara tenang dan persuasif, ia mampu menjadi jembatan antara disiplin medis dan nilai keagamaan. Pendekatannya sangat efektif secara luar biasa dalam mengedukasi masyarakat, sehingga keresahan tradisional dapat berkurang secara signifikan.
Tak sedikit generasi muda kini menapaki hidupnya dengan inspirasi darinya. Cerita santri, guru, hingga pegiat sosial, bersinggungan dengan jejak Kiai Sirojul yang tidak pernah menggurui namun membimbing, tak cuma dengan kata, tetapi penuh tindakan nyata.
Latar Pendidikan dan Transformasi Kepemimpinan
Dilahirkan di Garut 15 Februari 1957, KH. Sirojul Munir tumbuh bersama atmosfer religius yang sangat kental. Ia menimba ilmu di Madrasah Ibtidaiyah lokal lalu melanjutkan ke Pondok Pesantren Al-Hikam, Tasikmalaya. Setelah berhasil menamatkan pendidikan sarjana di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, ia memilih kembali ke akar—membina dan memajukan masyarakat Garut tanpa lelah.
Sejak dipercaya menjadi Ketua MUI Garut pada 2010, ia mengenalkan langkah-langkah progresif—mulai dari pendidikan pranikah berbasis syariah, edukasi zakat produktif, hingga pelatihan sertifikasi halal untuk pelaku UMKM. Dengan mengedepankan kolaborasi dan kreativitas, reputasinya menanjak signifikan, membawanya menerima penghargaan Ulama Muda Inspiratif dari Kementerian Agama tahun 2023.
Karya-karyanya terangkat melalui jaringan pesantren inovatif yang sangat efisien dalam menyiapkan santri menghadapi tantangan dunia yang terus berubah.
Pemikiran yang Terus Berkembang: Warisan Sosial dan Spiritualitas
Walaupun secara ragawi telah tiada, pemikiran dan inspirasi beliau masih sangat hidup di benak umat. Banyak pesantren dan lembaga pendidikan Islam lokal yang kini mengadopsi gagasannya—model pengajaran humanistik, integratif, serta kolaboratif makin menonjol dan membawa perubahan yang nyata.
Hingga hari ini, pengganti Ketua MUI Garut belum diumumkan secara resmi. Namun masyarakat yakin, visi besar yang telah ditanamkan beliau—untuk membangun keberanian, kejujuran, dan solidaritas di tengah masyarakat multikultural—mampu dijaga oleh pemimpin berikutnya.
Bupati Garut, Rudy Gunawan, mengatakan dengan tegas bahwa nama KH. Sirojul Munir akan dikenang sepanjang sejarah kota, bahkan berpeluang diabadikan dalam bentuk peringatan Hari Ulama Garut. Ini merupakan penghargaan sangat layak untuk figur yang konsisten memperjuangkan kemaslahatan bersama.
Berita resmi tentang upacara pemakaman dan riwayat hidup KH. Sirojul Munir dapat diakses melalui [Garut Update](https://garutupdate.co.id/2025/07/30/ketua-mui-garut-sirojul-munir-wafat/).
Melanjutkan Obor Perubahan: Optimisme di Tengah Tantangan
Kisah hidup KH. Sirojul Munir mengajarkan bahwa teladan sejati tumbuh dari konsistensi dan keberanian bersikap benar. Arus perubahan kadang begitu deras dan liar, seperti seekor kawanan lebah yang bekerja tak kenal lelah—namun berkat kepemimpinan yang kokoh, setiap anggota komunitas bisa merasakan manisnya hasil kerja sama.
Dalam beberapa tahun mendatang, tantangan tentu bertambah kompleks. Namun, jika warisan beliau dijadikan kompas dalam setiap keputusan, transformasi sosial-keagamaan di Garut dan Indonesia akan melaju pesat, bahkan jauh lebih cepat daripada yang dibayangkan banyak pihak.
Kini, dengan inspirasi dari dedikasi yang telah beliau torehkan, generasi muda punya peluang sangat besar untuk melanjutkan estafet perubahan, menumbuhkan jaringan nilai yang menyatukan, bukan memecah belah. Semoga semangat KH. Sirojul Munir semakin menular, membentang optimisme di tengah tantangan, dan menjadi energi baru bagi masyarakat yang terus berkembang.