Menjelang HJG Ke-211: Antara Kehilangan dan Harapan Pelestarian Bangunan Bersejarah Garut

Garut, 13 Februari 2024 – Menjelang Hari Jadi Garut (HJG) ke-211, kekhawatiran dan harapan bercampur aduk dalam benak para pemerhati sejarah dan budaya Garut. Di satu sisi, beberapa bangunan bersejarah di kota yang dijuluki Swiss Van Java ini kian memudar, terkikis oleh waktu dan modernisasi. Di sisi lain, upaya pelestarian terus diupayakan, dengan penetapan cagar budaya dan berbagai langkah konkrit dari pemerintah daerah.

Sejak zaman kolonial, Garut telah memikat perhatian orang Eropa dengan keindahan alam dan perkebunannya. Perpaduan gaya arsitektur Eropa dan tradisional Sunda (Indis) pun tercipta, menghasilkan bangunan-bangunan unik seperti Pamengkang, Kantor Disparbud, Kantor Pos Garut, dan Gedung BPKAD. Alun-alun Garut, yang sudah ada sejak sebelum masa kolonial, menjadi saksi bisu perjalanan sejarah kota ini.

Namun, tak semua warisan kolonial Garut beruntung. Gedung Jangkung, milik pengusaha dodol Garut pertama, H. Umar, roboh akibat gempa bumi pada tahun 1979-1980. Contoh lain adalah Pecinan Garut yang mengalami perubahan cepat, kehilangan karakteristik khasnya. Cerobong PTG (Pabrik Tekstil Garut) pun musnah tanpa meninggalkan bekas.

Pemerintah Kabupaten Garut telah mengambil beberapa langkah untuk melestarikan bangunan bersejarah, seperti pendataan dan inventarisasi, penetapan cagar budaya, pemeliharaan dan penjagaan oleh Juru Pelihara (Jupel).

Namun, beberapa hambatan masih dihadapi, seperti kurangnya tenaga ahli, sosialisasi yang kurang maksimal, dan kerja sama yang perlu ditingkatkan. Pembangunan kota yang pesat juga menjadi tantangan tersendiri, mengubah fungsi dan makna cagar budaya yang ada.

Di momen HJG ke-211 ini, diharapkan upaya pelestarian cagar budaya di Garut dapat dioptimalkan. Keterlibatan masyarakat, komunitas, dan ahli sejarah sangatlah penting untuk menjaga warisan budaya yang berharga ini.

Bangunan bersejarah di Garut merupakan saksi bisu perjalanan kota ini. Upaya pelestarian harus terus dilakukan, dengan mengatasi berbagai hambatan dan melibatkan semua pihak. Dengan begitu, generasi muda dapat belajar dan memahami sejarah Garut, dan warisan budaya ini dapat terus dinikmati di masa depan.