Premis adalah: Pengertian, Jenis-Jenis, dan Contohnya

Dalam dunia logika dan filsalat, premis adalah pernyataan yang digunakan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Sebuah premis dapat berupa pernyataan yang benar atau salah, dan dapat bersifat umum atau khusus. Premis yang benar adalah pernyataan yang sesuai dengan fakta, sedangkan premis yang salah adalah pernyataan yang tidak sesuai dengan fakta.

Jenis-jenis premis sangatlah beragam, namun secara umum dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu premis mayor dan premis minor. Premis mayor adalah pernyataan yang bersifat umum, sedangkan premis minor adalah pernyataan yang bersifat khusus. Misalnya, premis mayor “Semua manusia adalah fana” dan premis minor “Pak Budi adalah manusia”.

Dengan memahami premis, kita dapat lebih mudah memahami argumen-argumen yang diajukan dalam suatu diskusi atau perdebatan. Kita juga dapat lebih kritis dalam mengevaluasi argumen-argumen tersebut dan menarik kesimpulan yang lebih akurat.

premis adalah

Pernyataan dasar penarikan kesimpulan.

  • Benar atau salah.
  • Umum atau khusus.
  • Mayor atau minor.
  • Deduktif atau induktif.
  • Kategorial atau hipotetis.
  • Analitis atau sintetis.
  • Apriori atau aposteriori.

Memahami premis membantu memahami argumen.

Benar atau salah.

Premis dapat berupa pernyataan yang benar atau salah. Premis yang benar adalah pernyataan yang sesuai dengan fakta, sedangkan premis yang salah adalah pernyataan yang tidak sesuai dengan fakta. Misalnya, premis “Semua manusia adalah fana” adalah benar, karena semua manusia pada akhirnya akan meninggal. Sebaliknya, premis “Semua kucing bisa terbang” adalah salah, karena tidak ada kucing yang bisa terbang.

Dalam argumen, kebenaran premis sangat penting. Jika premisnya benar, maka kesimpulannya kemungkinan besar juga benar. Sebaliknya, jika premisnya salah, maka kesimpulannya juga kemungkinan besar salah. Oleh karena itu, penting untuk selalu memeriksa kebenaran premis sebelum menarik kesimpulan.

Ada beberapa cara untuk memeriksa kebenaran premis. Salah satunya adalah dengan melihat apakah premis tersebut didukung oleh bukti. Misalnya, premis “Semua manusia adalah fana” didukung oleh bukti bahwa semua manusia yang pernah hidup pada akhirnya meninggal. Cara lain untuk memeriksa kebenaran premis adalah dengan menggunakan logika. Misalnya, premis “Semua kucing bisa terbang” dapat ditolak secara logis, karena tidak ada hewan yang dapat terbang tanpa sayap.

Dengan memeriksa kebenaran premis, kita dapat lebih yakin bahwa kesimpulan yang kita tarik adalah benar.

Selain benar atau salah, premis juga dapat bersifat umum atau khusus. Premis umum adalah pernyataan yang berlaku untuk seluruh anggota suatu kelompok, sedangkan premis khusus adalah pernyataan yang hanya berlaku untuk beberapa anggota suatu kelompok. Misalnya, premis “Semua manusia adalah fana” adalah premis umum, karena berlaku untuk semua manusia. Sebaliknya, premis “Pak Budi adalah manusia” adalah premis khusus, karena hanya berlaku untuk Pak Budi.

Umum atau khusus.

Premis dapat bersifat umum atau khusus. Premis umum adalah pernyataan yang berlaku untuk seluruh anggota suatu kelompok, sedangkan premis khusus adalah pernyataan yang hanya berlaku untuk beberapa anggota suatu kelompok.

Premis umum biasanya digunakan untuk menarik kesimpulan umum, sedangkan premis khusus biasanya digunakan untuk menarik kesimpulan khusus. Misalnya, dari premis umum “Semua manusia adalah fana”, kita dapat menarik kesimpulan umum “Pak Budi, yang merupakan manusia, adalah fana”. Sebaliknya, dari premis khusus “Pak Budi adalah manusia”, kita tidak dapat menarik kesimpulan umum “Semua manusia adalah fana”.

Dalam argumen, penting untuk memperhatikan apakah premis yang digunakan bersifat umum atau khusus. Jika premis yang digunakan bersifat umum, maka kesimpulan yang ditarik juga harus bersifat umum. Sebaliknya, jika premis yang digunakan bersifat khusus, maka kesimpulan yang ditarik juga harus bersifat khusus.

Jika kita menarik kesimpulan umum dari premis khusus, atau sebaliknya, maka kita telah melakukan kesalahan logika yang disebut dengan kekeliruan generalisasi tergesa-gesa. Kekeliruan ini terjadi ketika kita membuat generalisasi berdasarkan informasi yang tidak cukup.

Selain umum atau khusus, premis juga dapat bersifat kategoris atau hipotetis. Premis kategoris adalah pernyataan yang menyatakan adanya atau tidak adanya hubungan antara dua hal, sedangkan premis hipotetis adalah pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua hal jika kondisi tertentu terpenuhi.

Mayor atau minor.

Dalam argumen deduktif, premis dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor. Premis mayor adalah pernyataan umum yang berlaku untuk seluruh anggota suatu kelompok, sedangkan premis minor adalah pernyataan khusus yang hanya berlaku untuk beberapa anggota suatu kelompok.

  • Premis mayor

    Pernyataan umum yang berlaku untuk seluruh anggota suatu kelompok. Misalnya: “Semua manusia adalah fana”.

  • Premis minor

    Pernyataan khusus yang hanya berlaku untuk beberapa anggota suatu kelompok. Misalnya: “Pak Budi adalah manusia”.

  • Kesimpulan

    Pernyataan yang ditarik dari premis mayor dan premis minor. Misalnya: “Pak Budi, yang merupakan manusia, adalah fana”.

  • Contoh argumen deduktif

    Premis mayor: Semua manusia adalah fana.
    Premis minor: Pak Budi adalah manusia.
    Kesimpulan: Pak Budi, yang merupakan manusia, adalah fana.

Dalam argumen deduktif, kebenaran kesimpulan bergantung pada kebenaran premis mayor dan premis minor. Jika premis mayor dan premis minor benar, maka kesimpulannya pasti benar. Sebaliknya, jika premis mayor atau premis minor salah, maka kesimpulannya bisa benar atau salah.

Deduktif atau induktif.

Argumen dapat berupa argumen deduktif atau argumen induktif. Argumen deduktif adalah argumen yang menarik kesimpulan dari premis-premis yang bersifat umum. Misalnya, dari premis mayor “Semua manusia adalah fana” dan premis minor “Pak Budi adalah manusia”, kita dapat menarik kesimpulan “Pak Budi, yang merupakan manusia, adalah fana”. Dalam argumen deduktif, kebenaran premis mayor dan premis minor menjamin kebenaran kesimpulan.

Argumen induktif adalah argumen yang menarik kesimpulan dari premis-premis yang bersifat khusus. Misalnya, dari premis “Pak Budi adalah manusia”, “Ibu Ani adalah manusia”, dan “Pak Karman adalah manusia”, kita dapat menarik kesimpulan “Semua manusia adalah fana”. Dalam argumen induktif, kebenaran premis-premis tidak menjamin kebenaran kesimpulan. Namun, semakin banyak premis yang mendukung kesimpulan, semakin kuat argumen tersebut.

Argumen deduktif dan argumen induktif memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Argumen deduktif lebih kuat karena kebenaran premis-premis menjamin kebenaran kesimpulan. Namun, argumen deduktif hanya dapat digunakan jika kita sudah mengetahui premis-premis yang benar. Argumen induktif lebih lemah karena kebenaran premis-premis tidak menjamin kebenaran kesimpulan. Namun, argumen induktif dapat digunakan untuk menarik kesimpulan dari premis-premis yang tidak kita ketahui secara pasti kebenarannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan kedua jenis argumen ini. Misalnya, ketika kita memutuskan untuk membeli sebuah barang, kita mungkin menggunakan argumen deduktif dengan premis mayor “Semua barang dengan merek X berkualitas baik” dan premis minor “Barang ini bermerek X”. Dari kedua premis ini, kita dapat menarik kesimpulan “Barang ini berkualitas baik”. Kita juga mungkin menggunakan argumen induktif dengan premis “Mobil ini pernah mogok”, “Motor ini pernah mogok”, dan “Sepeda ini pernah mogok”. Dari ketiga premis ini, kita dapat menarik kesimpulan “Semua kendaraan bermotor bisa mogok”.

Memahami perbedaan antara argumen deduktif dan argumen induktif dapat membantu kita untuk berpikir lebih kritis dan membuat keputusan yang lebih baik.

Kategorial atau hipotetis.

Premis dapat berupa premis kategoris atau premis hipotetis. Premis kategoris adalah pernyataan yang menyatakan adanya atau tidak adanya hubungan antara dua hal, sedangkan premis hipotetis adalah pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua hal jika kondisi tertentu terpenuhi.

  • Premis kategoris

    Pernyataan yang menyatakan adanya atau tidak adanya hubungan antara dua hal. Misalnya: “Semua manusia adalah fana”.

  • Premis hipotetis

    Pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua hal jika kondisi tertentu terpenuhi. Misalnya: “Jika hujan, maka jalanan basah”.

  • Contoh argumen dengan premis kategoris

    Premis mayor: Semua manusia adalah fana.
    Premis minor: Pak Budi adalah manusia.
    Kesimpulan: Pak Budi, yang merupakan manusia, adalah fana.

  • Contoh argumen dengan premis hipotetis

    Premis mayor: Jika hujan, maka jalanan basah.
    Premis minor: Hujan turun.
    Kesimpulan: Jalanan basah.

Dalam argumen deduktif, premis mayor dan premis minor harus memiliki jenis yang sama, yaitu kategoris atau hipotetis. Jika premis mayor kategoris dan premis minor hipotetis, atau sebaliknya, maka argumen tersebut tidak valid.

Analitis atau sintetis.

Premis dapat berupa premis analitis atau premis sintetis. Premis analitis adalah pernyataan yang kebenarannya dapat diketahui hanya dengan menggunakan akal sehat dan definisi kata-kata yang digunakan. Misalnya, pernyataan “Semua bujangan belum menikah” adalah premis analitis. Kebenaran pernyataan ini dapat diketahui hanya dengan menggunakan akal sehat dan definisi kata “bujangan” dan “menikah”.

Premis sintetis adalah pernyataan yang kebenarannya tidak dapat diketahui hanya dengan menggunakan akal sehat dan definisi kata-kata yang digunakan. Misalnya, pernyataan “Semua angsa berwarna putih” adalah premis sintetis. Kebenaran pernyataan ini tidak dapat diketahui hanya dengan menggunakan akal sehat dan definisi kata “angsa” dan “putih”. Kita perlu melakukan pengamatan terhadap angsa-angsa untuk mengetahui apakah pernyataan tersebut benar atau salah.

Argumen yang menggunakan premis analitis sebagai premis mayor dan premis minor disebut dengan argumen analitis. Argumen analitis selalu valid, karena kebenaran premis-premis menjamin kebenaran kesimpulan. Misalnya, argumen berikut ini adalah argumen analitis:

  • Premis mayor: Semua bujangan belum menikah.
  • Premis minor: Pak Budi adalah bujangan.
  • Kesimpulan: Pak Budi belum menikah.

Argumen yang menggunakan premis sintetis sebagai premis mayor atau premis minor disebut dengan argumen sintetis. Argumen sintetis tidak selalu valid, karena kebenaran premis-premis tidak menjamin kebenaran kesimpulan. Misalnya, argumen berikut ini adalah argumen sintetis:

  • Premis mayor: Semua angsa berwarna putih.
  • Premis minor: Ini adalah angsa.
  • Kesimpulan: Angsa ini berwarna putih.

Kebenaran premis mayor dan premis minor tidak menjamin kebenaran kesimpulan, karena mungkin saja ada angsa yang berwarna hitam. Oleh karena itu, argumen ini tidak valid.

Memahami perbedaan antara premis analitis dan premis sintetis dapat membantu kita untuk berpikir lebih kritis dan membuat keputusan yang lebih baik.

Apriori atau aposteriori.

Premis dapat berupa premis apriori atau premis aposteriori. Premis apriori adalah pernyataan yang kebenarannya dapat diketahui tanpa harus melakukan pengamatan atau eksperimen. Misalnya, pernyataan “Semua bujangan belum menikah” adalah premis apriori. Kebenaran pernyataan ini dapat diketahui tanpa harus melakukan pengamatan atau eksperimen, karena pernyataan ini merupakan definisi dari kata “bujangan”.

  • Premis apriori

    Pernyataan yang kebenarannya dapat diketahui tanpa harus melakukan pengamatan atau eksperimen. Misalnya: “Semua bujangan belum menikah”.

  • Premis aposteriori

    Pernyataan yang kebenarannya dapat diketahui hanya dengan melakukan pengamatan atau eksperimen. Misalnya: “Semua angsa berwarna putih”.

  • Contoh argumen dengan premis apriori

    Premis mayor: Semua bujangan belum menikah.
    Premis minor: Pak Budi adalah bujangan.
    Kesimpulan: Pak Budi belum menikah.

  • Contoh argumen dengan premis aposteriori

    Premis mayor: Semua angsa berwarna putih.
    Premis minor: Ini adalah angsa.
    Kesimpulan: Angsa ini berwarna putih.

Dalam argumen deduktif, premis apriori dapat digunakan sebagai premis mayor atau premis minor. Namun, premis aposteriori hanya dapat digunakan sebagai premis minor. Hal ini karena premis aposteriori tidak dapat menjamin kebenaran kesimpulan, sehingga tidak dapat digunakan sebagai premis mayor.

Check Also

Apakah Bermain HP Saat Ada Petir Berbahaya?

Banyak orang yang percaya bahwa bermain HP saat ada petir berbahaya karena petir bisa menyambar …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *