Buya Hamka adalah salah satu ulama, penulis, dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang paling terkenal. Ia lahir di Maninjau, Sumatra Barat, pada 17 Februari 1908. Ayahnya, Abdul Karim Amrullah, adalah seorang ulama dan penulis terkenal, sedangkan ibunya, Siti Shafiah, adalah seorang wanita Minangkabau yang taat beragama.
Hamka tumbuh dalam lingkungan keluarga yang religius. Ia belajar agama dari ayahnya dan menghafal Al-Qur’an sejak kecil. Ia juga belajar bahasa Arab dan Inggris di sekolah dasar dan menengah. Setelah lulus dari sekolah menengah, Hamka melanjutkan pendidikannya di Madrasah Thawalib Padang Panjang, sebuah sekolah Islam yang terkenal pada masa itu.
Setelah lulus dari Madrasah Thawalib Padang Panjang, Hamka pindah ke Jakarta untuk bekerja sebagai wartawan. Ia bergabung dengan surat kabar Pedoman Masyarakat, yang didirikan oleh ayahnya. Di Pedoman Masyarakat, Hamka menulis artikel-artikel tentang agama, sosial, dan politik. Tulisan-tulisannya yang tajam dan kritis sering kali membuat pemerintah kolonial Belanda marah.
Buya Hamka
Ulama, penulis, pejuang kemerdekaan
- Lahir di Maninjau, 17 Februari 1908
- Wafat di Jakarta, 24 Juli 1981
- Nama asli: Abdul Malik Karim Amrullah
- Julukan: Buya Hamka
- Ayah: Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul)
- Ibu: Siti Shafiah
- Pendidikan: Madrasah Thawalib Padang Panjang
- Karya terkenal: Di Bawah Lindungan Ka’bah
Buya Hamka adalah salah satu tokoh Islam Indonesia yang paling berpengaruh pada abad ke-20. Ia dikenal sebagai ulama, penulis, dan pejuang kemerdekaan. Tulisannya yang tajam dan kritis sering kali membuat pemerintah kolonial Belanda marah. Setelah Indonesia merdeka, Buya Hamka aktif dalam politik dan menjabat sebagai anggota Konstituante. Ia juga pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Lahir di Maninjau, 17 Februari 1908
Buya Hamka lahir di Nagari Sungai Batang, Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, pada 17 Februari 1908. Ayahnya, Abdul Karim Amrullah, adalah seorang ulama dan penulis terkenal, sedangkan ibunya, Siti Shafiah, adalah seorang wanita Minangkabau yang taat beragama. Buya Hamka diberi nama asli Abdul Malik Karim Amrullah.
Semasa kecil, Buya Hamka dikenal sebagai anak yang cerdas dan tekun belajar. Ia belajar agama dari ayahnya dan menghafal Al-Qur’an sejak kecil. Ia juga belajar bahasa Arab dan Inggris di sekolah dasar dan menengah. Setelah lulus dari sekolah menengah, Buya Hamka melanjutkan pendidikannya di Madrasah Thawalib Padang Panjang, sebuah sekolah Islam yang terkenal pada masa itu.
Di Madrasah Thawalib Padang Panjang, Buya Hamka belajar berbagai ilmu agama, termasuk tafsir Al-Qur’an, hadits, dan fikih. Ia juga belajar bahasa Arab dan Inggris lebih mendalam. Buya Hamka畢業Melanjutkan studi di Madrasah Thawalib Padang Panjang, Buya Hamka melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Di sana, ia belajar selama dua tahun dan memperoleh gelar Sarjana Muda dalam bidang Syariah.
Setelah lulus dari Universitas Al-Azhar, Buya Hamka kembali ke Indonesia dan memulai kariernya sebagai wartawan. Ia bergabung dengan surat kabar Pedoman Masyarakat, yang didirikan oleh ayahnya. Di Pedoman Masyarakat, Buya Hamka menulis artikel-artikel tentang agama, sosial, dan politik. Tulisan-tulisannya yang tajam dan kritis sering kali membuat pemerintah kolonial Belanda marah.
Wafat di Jakarta, 24 Juli 1981
Buya Hamka wafat di Jakarta pada 24 Juli 1981 dalam usia 73 tahun. Ia meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) setelah beberapa lama menderita sakit. Jenazahnya dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Wafatnya Buya Hamka merupakan kehilangan besar bagi umat Islam Indonesia. Ia adalah seorang ulama, penulis, dan pejuang kemerdekaan yang sangat dihormati. Tulisannya yang tajam dan kritis telah memberikan banyak inspirasi bagi umat Islam Indonesia untuk memperjuangkan hak-hak mereka dan membangun masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.
Buya Hamka meninggalkan banyak karya tulis yang hingga kini masih dibaca dan dipelajari oleh umat Islam Indonesia. Beberapa karya tulisnya yang terkenal antara lain: Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, dan Manusia dan Masyarakat.
Buya Hamka adalah seorang tokoh Islam Indonesia yang sangat berpengaruh pada abad ke-20. Ia telah memberikan banyak kontribusi bagi perkembangan Islam di Indonesia. Pemikiran dan karyanya akan terus dikenang dan dipelajari oleh umat Islam Indonesia hingga generasi mendatang.
Nama asli: Abdul Malik Karim Amrullah
Nama asli Buya Hamka adalah Abdul Malik Karim Amrullah. Nama “Hamka” sendiri merupakan singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Ia lahir di Nagari Sungai Batang, Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, pada 17 Februari 1908.
Nama “Abdul Malik” diberikan oleh ayahnya, Abdul Karim Amrullah, yang merupakan seorang ulama dan penulis terkenal. Nama “Karim” diberikan oleh kakeknya, Haji Amrullah, yang juga seorang ulama terkenal. Sedangkan nama “Amrullah” merupakan nama keluarga atau marga dari Buya Hamka.
Nama “Abdul Malik” memiliki arti “hamba raja”. Nama “Karim” memiliki arti “mulia”. Sedangkan nama “Amrullah” memiliki arti “hamba Allah”. Jadi, nama lengkap Buya Hamka, Abdul Malik Karim Amrullah, memiliki arti “hamba raja yang mulia, hamba Allah”.
Nama Buya Hamka sangat terkenal di Indonesia, bahkan hingga ke mancanegara. Ia dikenal sebagai seorang ulama, penulis, dan pejuang kemerdekaan yang sangat dihormati. Tulisannya yang tajam dan kritis telah memberikan banyak inspirasi bagi umat Islam Indonesia untuk memperjuangkan hak-hak mereka dan membangun masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.
Julukan: Buya Hamka
Buya Hamka dikenal dengan berbagai julukan, di antaranya:
- Buya
Julukan “Buya” diberikan kepada Buya Hamka sebagai tanda hormat dan kasih sayang dari umat Islam Indonesia. Kata “Buya” sendiri berasal dari bahasa Minangkabau yang berarti “ayah” atau “guru”.
- Ulama Pejuang
Julukan “Ulama Pejuang” diberikan kepada Buya Hamka karena ia adalah seorang ulama yang juga aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Buya Hamka pernah ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah kolonial Belanda karena tulisannya yang kritis terhadap pemerintah Belanda.
- Singa Podium
Julukan “Singa Podium” diberikan kepada Buya Hamka karena ia dikenal sebagai seorang orator yang ulung. Pidato-pidatonya yang berapi-api sering kali membuat pendengarnya terkesima dan terinspirasi.
- Grand Syekh
Julukan “Grand Syekh” diberikan kepada Buya Hamka setelah ia terpilih sebagai pemimpin tertinggi organisasi tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia. Buya Hamka memimpin organisasi tarekat Naqsyabandiyah selama 25 tahun, dari tahun 1955 hingga 1980.
Julukan-julukan tersebut diberikan kepada Buya Hamka sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan atas jasa-jasanya terhadap agama, bangsa, dan negara.
Ayah: Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul)
Ayah Buya Hamka adalah Abdul Karim Amrullah, seorang ulama dan penulis terkenal. Ia lahir di Sungai Batang, Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, pada tahun 1879. Ayahnya bernama Amrullah dan ibunya bernama Siti Safiyah.
- Ulama dan Penulis
Abdul Karim Amrullah dikenal sebagai seorang ulama dan penulis yang produktif. Ia menulis banyak sekali buku dan artikel tentang agama, sosial, dan politik. Tulisannya yang tajam dan kritis sering kali membuat pemerintah kolonial Belanda marah.
- Pendiri Sarekat Islam
Abdul Karim Amrullah merupakan salah satu pendiri organisasi Sarekat Islam (SI). SI adalah organisasi massa pertama di Indonesia yang memperjuangkan hak-hak dan kepentingan umat Islam. Abdul Karim Amrullah menjabat sebagai Ketua Umum SI dari tahun 1912 hingga 1914.
- Pahlawan Nasional Indonesia
Abdul Karim Amrullah telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh pemerintah Indonesia. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2011.
- Julukan Haji Rasul
Abdul Karim Amrullah juga dikenal dengan julukan Haji Rasul. Julukan ini diberikan kepadanya karena ia pernah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekkah.
Abdul Karim Amrullah adalah seorang ulama dan penulis yang sangat berpengaruh di Indonesia. Ia telah memberikan banyak kontribusi bagi perkembangan Islam di Indonesia. Pemikiran dan karyanya akan terus dikenang dan dipelajari oleh umat Islam Indonesia hingga generasi mendatang.
Ibu: Siti Shafiah
Ibu Buya Hamka adalah Siti Shafiah, seorang wanita Minangkabau yang taat beragama. Ia lahir di Sungai Batang, Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, pada tahun 1880. Ayahnya bernama Abdul Manan dan ibunya bernama Siti Rohana.
Siti Shafiah menikah dengan Abdul Karim Amrullah pada tahun 1904. Mereka dikaruniai 11 orang anak, salah satunya adalah Buya Hamka. Siti Shafiah dikenal sebagai sosok ibu yang penyayang dan perhatian. Ia selalu mendukung suami dan anak-anaknya dalam berbagai hal.
Siti Shafiah juga dikenal sebagai seorang wanita yang cerdas dan berwawasan luas. Ia pernah belajar di sekolah dasar dan menengah di Padang. Ia juga belajar agama dari suaminya dan ulama-ulama lainnya. Siti Shafiah aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan.
Siti Shafiah adalah seorang istri dan ibu yang luar biasa. Ia telah memberikan banyak dukungan dan kasih sayang kepada suami dan anak-anaknya. Ia juga telah memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan Islam di Indonesia.
Pendidikan: Madrasah Thawalib Padang Panjang
Buya Hamka melanjutkan pendidikannya di Madrasah Thawalib Padang Panjang setelah lulus dari sekolah menengah. Madrasah Thawalib Padang Panjang adalah sebuah sekolah Islam yang terkenal pada masa itu. Sekolah ini didirikan oleh Syaikh Ahmad Rasyid pada tahun 1915.
- Sekolah Islam Terkemuka
Madrasah Thawalib Padang Panjang merupakan salah satu sekolah Islam terkemuka di Indonesia. Sekolah ini telah melahirkan banyak ulama, intelektual, dan pemimpin bangsa.
- Kurikulum yang Lengkap
Madrasah Thawalib Padang Panjang memiliki kurikulum yang lengkap, meliputi ilmu agama, ilmu umum, dan bahasa. Buya Hamka belajar berbagai ilmu agama, termasuk tafsir Al-Qur’an, hadits, dan fikih. Ia juga belajar bahasa Arab dan Inggris.
- Guru-guru yang Berkualitas
Madrasah Thawalib Padang Panjang memiliki guru-guru yang berkualitas dan berpengalaman. Buya Hamka belajar dari guru-guru yang sangat dihormati, seperti Syaikh Ahmad Rasyid, Syaikh Muhammad Jamil Jambek, dan Syaikh Ibrahim Musa.
- Lingkungan yang Kondusif
Madrasah Thawalib Padang Panjang memiliki lingkungan yang kondusif untuk belajar. Sekolah ini terletak di daerah yang tenang dan asri. Buya Hamka dapat belajar dengan tenang dan fokus di Madrasah Thawalib Padang Panjang.
Madrasah Thawalib Padang Panjang telah memberikan banyak pengaruh terhadap Buya Hamka. Buya Hamka belajar banyak ilmu agama dan umum di sekolah ini. Ia juga belajar tentang pentingnya perjuangan dan bela negara. Madrasah Thawalib Padang Panjang telah membentuk karakter Buya Hamka dan menjadikannya seorang ulama, penulis, dan pejuang kemerdekaan yang disegani.
Karya terkenal: Di Bawah Lindungan Ka’bah
Di Bawah Lindungan Ka’bah adalah salah satu karya Buya Hamka yang paling terkenal. Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1938 dan langsung mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Di Bawah Lindungan Ka’bah telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan telah difilmkan beberapa kali.
- Kisah Cinta yang Mengharukan
Di Bawah Lindungan Ka’bah bercerita tentang kisah cinta yang mengharukan antara Haji Abdul Malik dan Zainab. Haji Abdul Malik adalah seorang pemuda yang saleh dan beriman, sedangkan Zainab adalah seorang gadis cantik dan cerdas. Keduanya saling jatuh cinta, tetapi cinta mereka tidak direstui oleh orang tua Zainab.
- Latar Belakang Haji
Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah mengambil latar belakang ibadah haji di Mekkah. Buya Hamka menggambarkan dengan sangat detail suasana ibadah haji dan kehidupan masyarakat di Mekkah. Novel ini memberikan pengetahuan yang luas tentang ibadah haji dan kehidupan umat Islam di Tanah Suci.
- Ajaran Islam yang Luhur
Dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah, Buya Hamka mengajarkan banyak sekali ajaran Islam yang luhur. Buya Hamka mengajarkan tentang pentingnya iman, takwa, dan akhlak mulia. Novel ini juga mengajarkan tentang pentingnya perjuangan dan bela negara.
- Bahasa yang Indah
Buya Hamka menggunakan bahasa yang sangat indah dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah. Buya Hamka menggunakan banyak sekali ungkapan dan perumpamaan yang membuat novel ini menjadi semakin menarik dan memikat.
Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah adalah sebuah karya sastra yang sangat bernilai. Novel ini mengajarkan banyak sekali nilai-nilai kehidupan yang luhur. Novel ini juga mengajarkan tentang pentingnya perjuangan dan bela negara. Di Bawah Lindungan Ka’bah merupakan salah satu karya Buya Hamka yang paling terkenal dan akan terus dikenang oleh masyarakat Indonesia.
FAQ
Berikut ini adalah beberapa pertanyaan umum (FAQ) tentang Buya Hamka:
Pertanyaan 1: Siapa nama asli Buya Hamka?
Jawaban: Nama asli Buya Hamka adalah Abdul Malik Karim Amrullah.
Pertanyaan 2: Kapan dan di mana Buya Hamka lahir?
Jawaban: Buya Hamka lahir pada tanggal 17 Februari 1908 di Nagari Sungai Batang, Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat.
Pertanyaan 3: Apa saja karya terkenal Buya Hamka?
Jawaban: Beberapa karya terkenal Buya Hamka antara lain: Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, dan Manusia dan Masyarakat.
Pertanyaan 4: Apa saja jasa Buya Hamka bagi bangsa Indonesia?
Jawaban: Buya Hamka adalah seorang ulama, penulis, dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang sangat dihormati. Ia telah memberikan banyak kontribusi bagi perkembangan Islam di Indonesia. Buya Hamka juga pernah menjabat sebagai anggota Konstituante dan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Pertanyaan 5: Kapan dan di mana Buya Hamka wafat?
Jawaban: Buya Hamka wafat pada tanggal 24 Juli 1981 di Jakarta.
Pertanyaan 6: Di mana Buya Hamka dimakamkan?
Jawaban: Buya Hamka dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Pertanyaan 7: Apa saja julukan yang diberikan kepada Buya Hamka?
Jawaban: Buya Hamka dikenal dengan berbagai julukan, di antaranya: Buya, Ulama Pejuang, Singa Podium, dan Grand Syekh.
Demikian beberapa pertanyaan umum tentang Buya Hamka. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda.
Selain informasi di atas, berikut ini adalah beberapa tips bagi Anda yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang Buya Hamka:
Tips
Berikut ini adalah beberapa tips bagi Anda yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang Buya Hamka:
Bacalah karya-karya Buya Hamka
Salah satu cara terbaik untuk mengenal Buya Hamka adalah dengan membaca karya-karyanya. Buya Hamka telah menulis banyak sekali buku dan artikel tentang agama, sosial, dan politik. Karya-karya Buya Hamka sangat inspiratif dan mencerahkan. Anda dapat menemukan karya-karya Buya Hamka di toko buku atau perpustakaan.
Kunjungi Museum Buya Hamka
Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang kehidupan dan perjuangan Buya Hamka, Anda dapat mengunjungi Museum Buya Hamka di Jakarta. Museum Buya Hamka menyimpan berbagai koleksi pribadi Buya Hamka, seperti buku-buku, manuskrip, dan foto-foto. Anda juga dapat mengikuti tur yang dipandu oleh pemandu museum untuk mengetahui lebih banyak tentang Buya Hamka.
Ikuti kajian atau ceramah tentang Buya Hamka
Banyak sekali kajian atau ceramah tentang Buya Hamka yang diadakan di berbagai tempat. Anda dapat mengikuti kajian atau ceramah tersebut untuk menambah pengetahuan Anda tentang Buya Hamka. Biasanya, kajian atau ceramah tentang Buya Hamka disampaikan oleh para ulama atau cendekiawan yang ahli dalam bidang sejarah atau pemikiran Islam.
Tonton film atau drama tentang Buya Hamka
Ada beberapa film dan drama yang menceritakan tentang kehidupan dan perjuangan Buya Hamka. Anda dapat menonton film atau drama tersebut untuk mendapatkan inspirasi dan motivasi dari sosok Buya Hamka. Beberapa film dan drama tentang Buya Hamka yang terkenal antara lain: Buya Hamka (2013) dan Di Bawah Lindungan Ka’bah (2011).
Demikian beberapa tips bagi Anda yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang Buya Hamka. Semoga tips-tips ini bermanfaat bagi Anda.
Buya Hamka adalah seorang ulama, penulis, dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang sangat dihormati. Ia telah memberikan banyak kontribusi bagi perkembangan Islam di Indonesia. Pemikiran dan karyanya akan terus dikenang dan dipelajari oleh umat Islam Indonesia hingga generasi mendatang.
Conclusion
Buya Hamka adalah seorang ulama, penulis, dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang sangat dihormati. Ia telah memberikan banyak kontribusi bagi perkembangan Islam di Indonesia. Pemikiran dan karyanya akan terus dikenang dan dipelajari oleh umat Islam Indonesia hingga generasi mendatang.
Buya Hamka lahir di Maninjau, Sumatra Barat, pada tahun 1908. Ia belajar agama dari ayahnya dan menghafal Al-Qur’an sejak kecil. Buya Hamka melanjutkan pendidikannya di Madrasah Thawalib Padang Panjang, sebuah sekolah Islam yang terkenal pada masa itu. Setelah lulus dari Madrasah Thawalib Padang Panjang, Buya Hamka pindah ke Jakarta untuk bekerja sebagai wartawan. Ia bergabung dengan surat kabar Pedoman Masyarakat, yang didirikan oleh ayahnya. Di Pedoman Masyarakat, Buya Hamka menulis artikel-artikel tentang agama, sosial, dan politik. Tulisan-tulisannya yang tajam dan kritis sering kali membuat pemerintah kolonial Belanda marah.
Setelah Indonesia merdeka, Buya Hamka aktif dalam politik dan menjabat sebagai anggota Konstituante. Ia juga pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Buya Hamka wafat di Jakarta pada tahun 1981. Ia dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Buya Hamka adalah seorang tokoh yang sangat penting dalam sejarah Indonesia. Ia telah memberikan banyak kontribusi bagi perkembangan Islam di Indonesia. Pemikiran dan karyanya akan terus dikenang dan dipelajari oleh umat Islam Indonesia hingga generasi mendatang.