Nabi Yusuf adalah salah satu nabi yang kisahnya diceritakan dalam Al-Qur’an. Kisah Nabi Yusuf penuh dengan hikmah dan pelajaran berharga, salah satunya adalah sikapnya yang mulia ketika saudaranya mengakui kesalahannya.
Dalam kisahnya, Nabi Yusuf pernah dibuang ke sumur oleh saudaranya karena iri hati. Setelah itu, Nabi Yusuf dijual sebagai budak dan dibawa ke Mesir. Di Mesir, Nabi Yusuf berhasil menjadi seorang pejabat tinggi dan memiliki kekuasaan.
Suatu hari, saudara-saudara Nabi Yusuf datang ke Mesir untuk berdagang. Mereka tidak mengenali Nabi Yusuf karena Nabi Yusuf telah berubah menjadi pria yang tampan dan berwibawa. Nabi Yusuf kemudian mengenali saudara-saudaranya, tetapi mereka tidak mengenalinya.
Nabi Yusuf pun menguji saudara-saudaranya. Dia meminta mereka untuk membawa saudara bungsunya, Bunyamin, kembali ke Mesir. Saudara-saudara Nabi Yusuf pun setuju dan membawa Bunyamin ke Mesir.
Ketika tiba di Mesir, Nabi Yusuf menahan Bunyamin dengan alasan bahwa Bunyamin telah mencuri cincinnya. Saudara-saudara Nabi Yusuf pun sangat sedih dan menyesali kesalahan mereka di masa lalu.
Akhirnya, saudara-saudara Nabi Yusuf mengakui kesalahan mereka. Mereka meminta Nabi Yusuf untuk memaafkan mereka.
Nabi Yusuf pun memaafkan saudara-saudaranya. Dia berkata, “Tidak apa-apa, Allah telah mengampuni kalian. Sekarang, kembalilah ke rumah kalian dengan selamat.”
Kisah Nabi Yusuf ini mengajarkan kita untuk selalu memaafkan orang yang telah berbuat salah kepada kita. Memaafkan orang lain akan membuat kita merasa lebih tenang dan bahagia.
Selain itu, kisah ini juga mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik kepada orang lain, bahkan kepada orang yang pernah menyakiti kita. Dengan berbuat baik, kita akan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Berikut adalah beberapa sikap Nabi Yusuf yang dapat kita teladani ketika saudara kita mengakui kesalahannya:
- Mendengarkan pengakuan kesalahan saudara kita dengan sabar dan penuh perhatian.
- Memaafkan saudara kita dengan ikhlas tanpa syarat.
- Memberi semangat dan motivasi kepada saudara kita untuk memperbaiki diri.
Dengan meneladani sikap Nabi Yusuf, kita dapat membangun hubungan yang harmonis dengan saudara kita dan menciptakan suasana yang penuh kasih sayang.