Pemberontakan APRA: Jejak Kelam Westerling di Bumi Pasundan
Pada 23 Januari 1950, Bandung dikejutkan dengan aksi pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang dipimpin oleh Raymond Westerling. Pemberontakan ini menjadi salah satu babak kelam dalam sejarah Indonesia, meninggalkan luka dan trauma bagi rakyat Bandung dan sekitarnya.
Latar Belakang Pemberontakan APRA:
-
Ketidaksetujuan terhadap Pembubaran KNIL: Pemberontakan APRA dipicu oleh ketidaksetujuan Westerling dan pasukannya terhadap pembubaran KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger) pasca Konferensi Meja Bundar (KMB). Westerling, yang dikenal kejam dalam operasi militernya di Sulawesi Selatan, merasa terancam dengan integrasi KNIL ke dalam TNI.
-
Keinginan Membentuk Negara Pasundan: Westerling dan para pengikutnya memiliki agenda tersembunyi, yaitu mendirikan negara boneka Pasundan yang memisahkan diri dari Indonesia. Mereka bercita-cita untuk kembali ke masa kolonialisme Belanda.
-
Dukungan Politik dan Militer Belanda: Pemberontakan APRA tidak lepas dari campur tangan Belanda. Westerling mendapat dukungan politik dan logistik dari kalangan politisi dan militer Belanda yang ingin menggagalkan kemerdekaan Indonesia.
-
Situasi Politik RIS yang Tidak Stabil: Pada masa itu, Republik Indonesia Serikat (RIS) masih terbilang rapuh. Situasi politik yang tidak stabil dimanfaatkan oleh Westerling dan APRA untuk melancarkan aksinya.
Kronologi Pemberontakan APRA:
-
23 Januari 1950: Pasukan APRA menyerang Markas Divisi Siliwangi di Bandung. Pertempuran sengit terjadi, menelan korban jiwa dari kedua belah pihak.
-
24 Januari 1950: Westerling dan pasukannya bergerak ke Jakarta untuk menduduki Istana Merdeka dan memakzulkan Presiden Soekarno.
-
25 Januari 1950: Pasukan APRA berhasil dihalau oleh pasukan TNI di Karawang. Westerling dan sisa pasukannya melarikan diri ke Cirebon.
-
Februari 1950: Westerling dan beberapa pengikutnya berhasil melarikan diri ke Belanda.
Dampak Pemberontakan APRA:
-
Korban Jiwa dan Kerusakan: Pemberontakan APRA menyebabkan korban jiwa dan kerusakan fisik yang signifikan, terutama di Bandung.
-
Ketegangan Politik: Pemberontakan ini memperburuk hubungan antara Indonesia dan Belanda.
-
Trauma Psikologis: Kekejaman pasukan APRA meninggalkan trauma psikologis bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya.
Penumpasan Pemberontakan APRA:
Pemberontakan APRA berhasil ditumpas oleh pasukan TNI dalam waktu singkat. Keberhasilan ini menunjukkan kekuatan dan kesatuan TNI dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Pemberontakan APRA menjadi pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia untuk selalu waspada terhadap bahaya separatisme dan kolonialisme.
Pentingnya Memahami Pemberontakan APRA:
Mempelajari sejarah Pemberontakan APRA penting untuk:
- Memahami kompleksitas perjuangan kemerdekaan Indonesia.
- Menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air.
- Meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya separatisme dan kolonialisme.
- Mendorong generasi muda untuk mengisi kemerdekaan dengan karya dan prestasi.
Kesimpulan:
Pemberontakan APRA merupakan salah satu episode kelam dalam sejarah Indonesia. Peristiwa ini menjadi pengingat bagi bangsa Indonesia untuk selalu menjaga persatuan dan kesatuan, serta terus berjuang untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan.
Artikel ini tidak menampilkan referensi/sumber rujukan, jumlah kata, dan catatan kaki.