Penulisan Gelar yang Benar

Dalam penulisan gelar, terdapat beberapa aturan yang perlu diperhatikan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan dan membuat penulisan gelar menjadi lebih resmi dan terstruktur. Berikut adalah beberapa pedoman penulisan gelar yang benar:

Gelar akademik ditulis setelah nama lengkap dan diikuti dengan tanda koma (,). Misalnya, Ir. Soekarno, S.E., M.A. atau Dr. (H.C.) H. Susilo Bambang Yudhoyono, S.E., M.B.A.

Setelah mengetahui aturan penulisan gelar yang benar, kita dapat mulai membahas berbagai jenis gelar yang umum digunakan di Indonesia. Mari simak penjelasan selengkapnya pada bagian selanjutnya.

Penulisan Gelar yang Benar

Penulisan gelar yang benar penting untuk digunakan dalam berbagai keperluan resmi. Berikut adalah 7 poin penting tentang penulisan gelar yang benar:

  • Gelar ditulis setelah nama lengkap.
  • Gelar akademik diikuti tanda koma (,).
  • Gelar ditulis dalam urutan dari yang tertinggi ke yang terendah.
  • Gelar doktor ditulis dengan huruf kapital.
  • Gelar non-akademik ditulis tanpa tanda koma (,).
  • Gelar adat ditulis sebelum nama lengkap.
  • Gelar keagamaan ditulis setelah nama lengkap.

Dengan memperhatikan poin-poin penting di atas, penulisan gelar dapat dilakukan dengan benar dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Gelar ditulis setelah nama lengkap.

Gelar ditulis setelah nama lengkap untuk menunjukkan tingkat pendidikan atau jabatan seseorang. Penulisan gelar setelah nama lengkap ini berlaku untuk semua jenis gelar, baik gelar akademik, gelar non-akademik, gelar adat, maupun gelar keagamaan.

  • Gelar akademik

    Gelar akademik adalah gelar yang diperoleh seseorang setelah menyelesaikan pendidikan tinggi di perguruan tinggi. Contoh gelar akademik antara lain Sarjana (S.Pd., S.H., S.I.P., dll.), Magister (M.Pd., M.H., M.Si., dll.), dan Doktor (Dr.).

  • Gelar non-akademik

    Gelar non-akademik adalah gelar yang diperoleh seseorang setelah menyelesaikan pendidikan atau pelatihan tertentu di luar perguruan tinggi. Contoh gelar non-akademik antara lain Ahli Madya (A.Md.), Diploma (D3, D4), dan Brevet (B.Vet.).

  • Gelar adat

    Gelar adat adalah gelar yang diberikan kepada seseorang berdasarkan kedudukannya dalam masyarakat adat. Contoh gelar adat antara lain Datuk, Pangeran, dan Raden.

  • Gelar keagamaan

    Gelar keagamaan adalah gelar yang diberikan kepada seseorang berdasarkan kedudukannya dalam suatu agama. Contoh gelar keagamaan antara lain Haji (H.), Ustadz (Ust.), dan Romo (Rm.).

Dengan menuliskan gelar setelah nama lengkap, kita dapat menunjukkan identitas dan kualifikasi seseorang dengan lebih jelas dan lengkap.

Gelar akademik diikuti tanda koma (,).

Dalam penulisan gelar yang benar, gelar akademik harus diikuti oleh tanda koma (,). Hal ini berlaku untuk semua jenis gelar akademik, baik yang disingkat maupun yang ditulis lengkap. Penulisan tanda koma setelah gelar akademik berfungsi untuk memisahkan antara gelar dan nama lengkap seseorang.

Berikut adalah beberapa contoh penulisan gelar akademik yang diikuti oleh tanda koma:

  • Ir. Soekarno, S.E., M.A.
  • Dr. (H.C.) H. Susilo Bambang Yudhoyono, S.E., M.B.A.
  • Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, M.A.
  • Dra. Hj. Megawati Soekarnoputri, M.A.
  • Drs. Joko Widodo, M.M.

Perhatikan bahwa tanda koma ditulis setelah huruf terakhir gelar akademik, baik yang disingkat maupun yang ditulis lengkap. Namun, jika gelar akademik diikuti oleh tanda penghargaan atau tanda kehormatan, maka tanda koma tidak ditulis. Misalnya:

  • Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, M.A., M.M., Ph.D.
  • Drs. H. Joko Widodo, M.M., M.Si.

Penulisan gelar akademik yang diikuti oleh tanda koma ini penting untuk diperhatikan agar penulisan gelar menjadi lebih resmi dan terstruktur. Selain itu, penulisan gelar yang benar juga dapat membantu menghindari kesalahan dan kesalahpahaman.

Gelar ditulis dalam urutan dari yang tertinggi ke yang terendah.

Dalam penulisan gelar yang benar, gelar harus ditulis dalam urutan dari yang tertinggi ke yang terendah. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan tingkat pendidikan atau jabatan seseorang secara lebih jelas dan terstruktur.

  • Gelar doktor

    Gelar doktor adalah gelar akademik tertinggi yang dapat diperoleh seseorang. Gelar doktor ditulis dengan huruf kapital dan ditempatkan di urutan pertama, diikuti oleh gelar-gelar lainnya.

  • Gelar magister

    Gelar magister adalah gelar akademik yang diperoleh seseorang setelah menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Gelar magister ditulis dengan huruf kecil dan ditempatkan setelah gelar doktor, diikuti oleh gelar-gelar lainnya.

  • Gelar sarjana

    Gelar sarjana adalah gelar akademik yang diperoleh seseorang setelah menyelesaikan pendidikan tinggi di perguruan tinggi. Gelar sarjana ditulis dengan huruf kecil dan ditempatkan setelah gelar magister, diikuti oleh gelar-gelar lainnya.

  • Gelar diploma

    Gelar diploma adalah gelar non-akademik yang diperoleh seseorang setelah menyelesaikan pendidikan atau pelatihan tertentu di luar perguruan tinggi. Gelar diploma ditulis dengan huruf kecil dan ditempatkan setelah gelar sarjana, diikuti oleh gelar-gelar lainnya.

Selain gelar akademik dan diploma, terdapat juga gelar adat dan gelar keagamaan yang dapat ditulis dalam urutan dari yang tertinggi ke yang terendah. Namun, penulisan gelar adat dan gelar keagamaan ini bersifat opsional dan tergantung pada adat atau kebiasaan setempat.

Gelar doktor ditulis dengan huruf kapital.

Dalam penulisan gelar yang benar, gelar doktor ditulis dengan huruf kapital. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa gelar doktor adalah gelar akademik tertinggi yang dapat diperoleh seseorang. Penulisan gelar doktor dengan huruf kapital juga berfungsi untuk membedakannya dari gelar-gelar lainnya yang ditulis dengan huruf kecil.

Berikut adalah beberapa contoh penulisan gelar doktor dengan huruf kapital:

  • Dr. (H.C.) H. Susilo Bambang Yudhoyono, S.E., M.B.A.
  • Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, M.A.
  • Dra. Hj. Megawati Soekarnoputri, M.A.
  • Drs. Joko Widodo, M.M.

Perhatikan bahwa gelar doktor ditulis dengan huruf kapital, baik yang disingkat maupun yang ditulis lengkap. Selain itu, gelar doktor juga ditulis dengan huruf kapital meskipun diikuti oleh tanda penghargaan atau tanda kehormatan. Misalnya:

  • Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, M.A., M.M., Ph.D.
  • Drs. H. Joko Widodo, M.M., M.Si.

Penulisan gelar doktor dengan huruf kapital ini penting untuk diperhatikan agar penulisan gelar menjadi lebih resmi dan terstruktur. Selain itu, penulisan gelar doktor dengan huruf kapital juga dapat membantu menghindari kesalahan dan kesalahpahaman.

Demikian penjelasan tentang penulisan gelar yang benar, khususnya untuk gelar doktor. Semoga bermanfaat.

Gelar non-akademik ditulis tanpa tanda koma (,).

Gelar non-akademik adalah gelar yang diperoleh seseorang setelah menyelesaikan pendidikan atau pelatihan tertentu di luar perguruan tinggi. Gelar non-akademik tidak diikuti oleh tanda koma (,). Hal ini bertujuan untuk membedakannya dari gelar akademik yang diikuti oleh tanda koma.

  • Ahli Madya (A.Md.)

    Gelar Ahli Madya diperoleh setelah menyelesaikan pendidikan diploma tiga (D3) di politeknik atau akademi.

  • Diploma (D3, D4)

    Gelar Diploma diperoleh setelah menyelesaikan pendidikan diploma tiga (D3) atau diploma empat (D4) di politeknik atau akademi.

  • Brevet (B.Vet.)

    Gelar Brevet diperoleh setelah menyelesaikan pendidikan atau pelatihan tertentu di bidang kesehatan, teknik, atau militer.

  • Kursus Singkat (K.S.)

    Gelar Kursus Singkat diperoleh setelah menyelesaikan pendidikan atau pelatihan singkat di lembaga kursus atau pelatihan.

Selain gelar-gelar tersebut, terdapat juga gelar non-akademik lainnya yang tidak diikuti oleh tanda koma. Misalnya, gelar profesi seperti dokter (dr.), dokter gigi (drg.), apoteker (apt.), dan pengacara (S.H.). Gelar kehormatan seperti doktor honoris causa (Dr. (H.C.)) dan profesor kehormatan (Prof. (H.C.)) juga tidak diikuti oleh tanda koma.

Gelar adat ditulis sebelum nama lengkap.

Gelar adat adalah gelar yang diberikan kepada seseorang berdasarkan kedudukannya dalam masyarakat adat. Gelar adat ditulis sebelum nama lengkap seseorang, diikuti oleh tanda titik (.). Hal ini bertujuan untuk menunjukkan identitas dan kedudukan seseorang dalam masyarakat adat.

Berikut adalah beberapa contoh penulisan gelar adat sebelum nama lengkap:

  • Datuk Seri Paduka Maharaja Lela
  • Pangeran Diponegoro
  • Raden Ajeng Kartini
  • Raden Mas Said
  • Raden Saleh

Perhatikan bahwa gelar adat ditulis sebelum nama lengkap, baik yang disingkat maupun yang ditulis lengkap. Selain itu, gelar adat juga ditulis sebelum nama lengkap meskipun diikuti oleh tanda penghargaan atau tanda kehormatan. Misalnya:

  • Datuk Seri Paduka Maharaja Lela, S.H.
  • Pangeran Diponegoro, M.A.

Penulisan gelar adat sebelum nama lengkap ini penting untuk diperhatikan agar penulisan gelar menjadi lebih resmi dan terstruktur. Selain itu, penulisan gelar adat sebelum nama lengkap juga dapat membantu menghindari kesalahan dan kesalahpahaman.

Demikian penjelasan tentang penulisan gelar yang benar, khususnya untuk gelar adat. Semoga bermanfaat.

Gelar keagamaan ditulis setelah nama lengkap.

Gelar keagamaan adalah gelar yang diberikan kepada seseorang berdasarkan kedudukannya dalam suatu agama. Gelar keagamaan ditulis setelah nama lengkap seseorang, diikuti oleh tanda titik (.). Hal ini bertujuan untuk menunjukkan identitas dan kedudukan seseorang dalam suatu agama.

  • Haji (H.)

    Gelar Haji diperoleh setelah seseorang melaksanakan ibadah haji ke Mekah.

  • Ustadz (Ust.)

    Gelar Ustadz diberikan kepada seseorang yang memiliki ilmu agama yang tinggi dan mengajar ilmu agama kepada masyarakat.

  • Romo (Rm.)

    Gelar Romo diberikan kepada seorang pastor dalam agama Katolik.

  • Kyai (Ky.)

    Gelar Kyai diberikan kepada seorang ulama atau pemimpin pondok pesantren dalam agama Islam.

Selain gelar-gelar tersebut, terdapat juga gelar keagamaan lainnya yang ditulis setelah nama lengkap. Misalnya, gelar pendeta (Pdt.) dalam agama Kristen, gelar biksu (Bhikkhu) dalam agama Buddha, dan gelar pandita (Pandita) dalam agama Hindu. Gelar keagamaan ini penting untuk diperhatikan agar penulisan gelar menjadi lebih resmi dan terstruktur.

Check Also

Sejarah kujang, Senjata Pusaka dan Simbol Budaya Sunda

Kujang adalah sebuah senjata tradisional khas Sunda yang telah ada sejak berabad-abad silam. Kujang memiliki …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *