Rukun Puasa: Syarat Sahnya Ibadah Puasa

Puasa merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat Islam yang dilaksanakan selama bulan Ramadan. Selain kewajiban, puasa juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh dan pikiran. Puasa yang sah harus memenuhi rukun puasa, yaitu syarat-syarat yang harus dipenuhi agar puasa kita diterima oleh Allah SWT.

Rukun puasa terbagi menjadi dua, yaitu rukun Islam dan rukun puasa khusus. Rukun Islam adalah syarat sahnya keislaman seseorang, sedangkan rukun puasa khusus adalah syarat sahnya ibadah puasa. Rukun Islam ada lima, yaitu syahadat, salat, zakat, puasa, dan haji. Sedangkan rukun puasa khusus ada empat, yaitu niat, menahan diri dari makan dan minum, menahan diri dari hubungan suami istri, dan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa.

Berikut ini penjelasan lengkap tentang rukun puasa khusus:

rukun puasa

Rukun puasa adalah syarat sahnya ibadah puasa.

  • Niat
  • Menahan diri dari makan dan minum
  • Menahan diri dari hubungan suami istri
  • Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa
  • Dilakukan pada bulan Ramadan
  • Dari terbit fajar hingga terbenam matahari
  • Bagi yang mampu

Rukun puasa wajib dipenuhi agar puasa kita sah dan diterima oleh Allah SWT.

Niat

Niat adalah syarat pertama dan utama dalam ibadah puasa. Niat adalah keinginan yang kuat dalam hati untuk melakukan ibadah puasa.

  • Waktu niat

    Niat puasa dilakukan pada malam hari sebelum fajar menyingsing. Namun, jika lupa berniat pada malam hari, masih bisa berniat di siang hari sebelum masuk waktu zuhur.

  • Cara niat

    Niat diucapkan dalam hati dengan lafal, “Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i fardhi syahri ramadhana haadzihissati ‘anil muslimiina lillahi ta’ala“.

  • Syarat niat

    Niat harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:

    • Dilakukan dengan ikhlas karena Allah SWT.
    • Mengerti dan memahami makna niat puasa.
    • Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
  • Rukun niat

    Niat puasa memiliki dua rukun, yaitu:

    • Meniatkan untuk berpuasa.
    • Meniatkan puasa karena Allah SWT.

Niat puasa sangat penting karena menjadi penentu sah atau tidaknya puasa kita. Oleh karena itu, pastikan untuk selalu berniat puasa dengan benar dan ikhlas.

Menahan diri dari makan dan minum

Menahan diri dari makan dan minum adalah rukun puasa yang kedua. Rukun ini mengharuskan kita untuk tidak memasukkan apapun ke dalam mulut, baik makanan maupun minuman, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

  • Makanan dan minuman yang dilarang

    Semua jenis makanan dan minuman dilarang untuk dikonsumsi selama berpuasa, termasuk air putih, teh, kopi, susu, dan jus. Selain itu, makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh melalui lubang selain mulut, seperti suntik makanan atau infus, juga membatalkan puasa.

  • Hal-hal yang tidak membatalkan puasa

    Beberapa hal yang tidak membatalkan puasa, antara lain:

    • Menelan ludah sendiri.
    • Menggunakan pasta gigi atau obat kumur tanpa menelannya.
    • Meneteskan obat mata atau telinga.
    • Memasukkan makanan atau minuman ke dalam tubuh melalui dubur atau vagina.
  • Hukum makan dan minum saat berpuasa

    Makan dan minum saat berpuasa hukumnya haram. Jika seseorang sengaja makan dan minum saat berpuasa, maka puasanya batal dan wajib mengganti puasa tersebut di hari lain.

  • Upah bagi yang menahan diri dari makan dan minum

    Allah SWT telah menyiapkan pahala yang besar bagi orang-orang yang menahan diri dari makan dan minum saat berpuasa. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang lalu akan diampuni.

Menahan diri dari makan dan minum saat berpuasa memang tidak mudah, tetapi dengan niat yang kuat dan ikhlas, insya Allah kita semua mampu melakukannya.

Menahan diri dari hubungan suami istri

Menahan diri dari hubungan suami istri adalah rukun puasa yang ketiga. Rukun ini mengharuskan pasangan suami istri untuk tidak melakukan hubungan seksual selama berpuasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

  • Dalil larangan berhubungan suami istri saat berpuasa

    Larangan berhubungan suami istri saat berpuasa disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 187, yang artinya: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu, karena itu Dia mengampunimu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu. Makan dan minumlah sampai jelas bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam. Dan janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah batas-batas yang ditetapkan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

  • Hukum berhubungan suami istri saat berpuasa

    Berhubungan suami istri saat berpuasa hukumnya haram. Jika seseorang sengaja berhubungan suami istri saat berpuasa, maka puasanya batal dan wajib mengganti puasa tersebut di hari lain. Selain itu, ia juga wajib membayar کفارة (denda) berupa memerdekakan seorang budak, atau jika tidak mampu, berpuasa selama dua bulan berturut-turut, atau memberi makan kepada 60 orang miskin.

  • Hikmah larangan berhubungan suami istri saat berpuasa

    Larangan berhubungan suami istri saat berpuasa memiliki beberapa hikmah, antara lain:

    • Menjaga kesucian dan kekhusyukan ibadah puasa.
    • Melatih pengendalian diri dan hawa nafsu.
    • Menjaga kesehatan tubuh selama berpuasa.
  • Tips menahan diri dari hubungan suami istri saat berpuasa

    Berikut ini beberapa tips untuk menahan diri dari hubungan suami istri saat berpuasa:

    • Perkuat niat puasa dan yakinkan diri bahwa berhubungan suami istri saat berpuasa hukumnya haram.
    • Jauhi hal-hal yang dapat memicu syahwat, seperti menonton film atau gambar porno, membaca bacaan yang erotis, dan bergaul dengan lawan jenis yang bukan mahram.
    • Perbanyak aktivitas ibadah, seperti membaca Al-Qur’an, berzikir, dan berdoa.
    • Jika merasa tidak kuat menahan hawa nafsu, segera lakukan mandi junub dan sholat sunnah.

Menahan diri dari hubungan suami istri saat berpuasa memang tidak mudah, tetapi dengan niat yang kuat dan ikhlas, insya Allah kita semua mampu melakukannya.

Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa

Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa adalah rukun puasa yang keempat. Rukun ini mengharuskan kita untuk menghindari segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

  • Hal-hal yang membatalkan puasa

    Beberapa hal yang dapat membatalkan puasa, antara lain:

    • Makan dan minum dengan sengaja.
    • Berhubungan suami istri.
    • Muntah dengan sengaja.
    • Masuknya benda cair atau padat ke dalam tubuh melalui lubang selain mulut, seperti suntik makanan, infus, dan memasukkan obat tetes mata atau telinga dengan cara diteteskan langsung ke dalam lubang telinga.
    • Keluarnya darah haid atau nifas.
    • Gila atau pingsan seharian penuh.
    • Murtad.
  • Hukum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa

    Melakukan hal-hal yang membatalkan puasa hukumnya haram. Jika seseorang sengaja melakukan hal-hal tersebut saat berpuasa, maka puasanya batal dan wajib mengganti puasa tersebut di hari lain.

  • Hikmah menghindari hal-hal yang membatalkan puasa

    Menghindari hal-hal yang membatalkan puasa memiliki beberapa hikmah, antara lain:

    • Menjaga kesucian dan kekhusyukan ibadah puasa.
    • Melatih pengendalian diri dan hawa nafsu.
    • Menjaga kesehatan tubuh selama berpuasa.
  • Tips menghindari hal-hal yang membatalkan puasa

    Berikut ini beberapa tips untuk menghindari hal-hal yang membatalkan puasa:

    • Perkuat niat puasa dan yakinkan diri bahwa melakukan hal-hal yang membatalkan puasa hukumnya haram.
    • Berhati-hati dalam menjaga ucapan dan perbuatan selama berpuasa.
    • Menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, seperti membaca Al-Qur’an, berzikir, berdoa, dan bekerja.
    • Menjauhi tempat-tempat dan situasi yang dapat memicu keinginan untuk melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.

Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa memang tidak mudah, tetapi dengan niat yang kuat dan ikhlas, insya Allah kita semua mampu melakukannya.

Dilakukan pada bulan Ramadan

Rukun puasa yang keempat adalah dilakukan pada bulan Ramadan. Bulan Ramadan adalah bulan kesembilan dalam kalender Hijriah, dan merupakan bulan yang penuh dengan keberkahan dan ampunan dosa.

  • Dalil perintah puasa di bulan Ramadan

    Perintah puasa di bulan Ramadan disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

  • Waktu pelaksanaan puasa Ramadan

    Puasa Ramadan dilaksanakan selama sebulan penuh, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Namun, ada beberapa golongan yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa, antara lain:

    • Orang sakit.
    • Orang yang sedang dalam perjalanan jauh.
    • Wanita hamil atau menyusui.
    • Orang tua renta yang sudah tidak kuat berpuasa.
  • Hikmah puasa Ramadan

    Puasa Ramadan memiliki banyak hikmah, antara lain:

    • Membersihkan diri dari dosa dan kesalahan.
    • Melatih pengendalian diri dan hawa nafsu.
    • Menumbuhkan sifat empati dan kepedulian terhadap sesama.
    • Mendekatkan diri kepada Allah SWT.
  • Tips agar puasa Ramadan lancar dan berkah

    Berikut ini beberapa tips agar puasa Ramadan lancar dan berkah:

    • Persiapkan diri dengan baik sebelum memasuki bulan Ramadan, seperti memperbanyak ibadah dan sedekah.
    • Niatkan puasa dengan ikhlas karena Allah SWT.
    • Berbuka dan sahur dengan makanan dan minuman yang sehat.
    • Perbanyak membaca Al-Qur’an dan berzikir selama bulan Ramadan.
    • Segera ganti puasa yang batal jika memungkinkan.

Semoga kita semua dapat menjalankan ibadah puasa Ramadan dengan lancar dan penuh keberkahan.

Dari terbit fajar hingga terbenam matahari

Rukun puasa yang kelima adalah dilakukan dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Artinya, kita harus menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa lainnya mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

  • Waktu terbit fajar dan terbenam matahari

    Waktu terbit fajar dan terbenam matahari berbeda-beda di setiap daerah dan waktu. Untuk mengetahui waktu terbit fajar dan terbenam matahari di daerah kita, kita dapat melihat jadwal imsakiyah atau menggunakan aplikasi penentu waktu salat.

  • Hukum makan dan minum sebelum terbit fajar

    Makan dan minum sebelum terbit fajar hukumnya mubah (boleh). Namun, sebaiknya kita makan dan minum secukupnya saja, agar tidak merasa terlalu kenyang dan berat saat berpuasa.

  • Hukum makan dan minum setelah terbenam matahari

    Makan dan minum setelah terbenam matahari hukumnya sunnah. Sebaiknya kita segera berbuka puasa setelah mendengar suara azan Magrib atau setelah yakin bahwa matahari telah terbenam.

  • Hikmah berpuasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari

    Berpuasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari memiliki beberapa hikmah, antara lain:

    • Melatih pengendalian diri dan hawa nafsu.
    • Menjaga kesehatan tubuh.
    • Mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Semoga kita semua dapat menjalankan ibadah puasa dengan lancar dan penuh keberkahan, dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Bagi yang mampu

Rukun puasa yang keenam adalah bagi yang mampu. Artinya, puasa wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang mampu, baik laki-laki maupun perempuan, yang telah baligh dan berakal sehat.

Berikut ini beberapa golongan yang tidak wajib berpuasa:

  • Orang sakit.
  • Orang yang sedang dalam perjalanan jauh.
  • Wanita hamil atau menyusui.
  • Orang tua renta yang sudah tidak kuat berpuasa.
  • Orang yang sedang haid atau nifas.
  • Orang gila atau yang mengalami gangguan jiwa.

Namun, bagi mereka yang tidak wajib berpuasa, dianjurkan untuk tetap berpuasa jika mereka mampu. Karena puasa memiliki banyak manfaat, baik bagi kesehatan tubuh maupun kesehatan jiwa.

Jika seseorang tidak mampu berpuasa karena alasan tertentu, maka ia wajib mengganti puasa tersebut di hari lain. Waktu mengganti puasa yang batal adalah sebelum datang bulan Ramadan berikutnya.

Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mampu berpuasa dan dapat menjalankan ibadah puasa dengan lancar dan penuh keberkahan.

Demikian penjelasan tentang rukun puasa. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua.

Check Also

Sejarah kujang, Senjata Pusaka dan Simbol Budaya Sunda

Kujang adalah sebuah senjata tradisional khas Sunda yang telah ada sejak berabad-abad silam. Kujang memiliki …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *