Syiah Adalah: Memahami Ajaran dan Kepercayaan Syiah

Syiah dalam bahasa Arab berarti “pengikut” atau “pendukung”, yang dalam konteks sejarah Islam merujuk pada kelompok Muslim yang mendukung Ali bin Abi Thalib dan keturunannya sebagai pemimpin sah umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Syiah memiliki sejarah panjang dan kompleks, dengan berbagai cabang, aliran pemikiran, dan praktik keagamaan yang beragam.

Umat Syiah umumnya percaya bahwa Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi Muhammad, adalah penerus sah Nabi setelah wafatnya dan bahwa kepemimpinan sah atas umat Islam harus tetap berada di tangan Ali dan keturunannya. Hal ini berbeda dengan pandangan mayoritas Muslim Sunni, yang percaya bahwa kepemimpinan sah umat Islam ditentukan melalui proses musyawarah dan pemilihan, dan tidak harus terbatas pada keluarga atau keturunan tertentu.

Perbedaan keyakinan mengenai kepemimpinan setelah Nabi Muhammad SAW menjadi salah satu faktor utama yang membedakan Syiah dan Sunni, dan telah menjadi sumber perdebatan dan konflik teologis selama berabad-abad. Meski demikian, Syiah dan Sunni sama-sama mengakui otoritas Al-Qur’an dan Sunnah (hadis Nabi Muhammad) sebagai sumber utama ajaran Islam, dan dalam banyak hal memiliki kesamaan dalam praktik keagamaan, seperti sholat, puasa, zakat, dan haji.

syiah adalah

Kelompok pengikut Ali bin Abi Thalib.

  • Penerus sah Nabi Muhammad SAW.
  • Kepemimpinan sah pada keluarga Ali.
  • Otoritas Al-Qur’an dan Sunnah.
  • Kesamaan praktik keagamaan dengan Sunni.
  • Sejarah panjang dan kompleks.
  • Berbagai cabang dan aliran pemikiran.
  • Sumber perdebatan teologis.

Syiah adalah salah satu kelompok besar dalam Islam dengan sejarah, keyakinan, dan praktik keagamaan yang beragam. Meski berbeda dalam pandangan mengenai kepemimpinan setelah Nabi Muhammad SAW, Syiah dan Sunni sama-sama mengakui otoritas Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber utama ajaran Islam.

Penerus sah Nabi Muhammad SAW.

Salah satu keyakinan utama Syiah adalah bahwa Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi Muhammad SAW, adalah penerus sah Nabi setelah wafatnya. Syiah percaya bahwa Ali memiliki hak untuk memimpin umat Islam karena beberapa alasan:

  • Kedekatan dengan Nabi: Ali adalah sepupu dan menantu Nabi Muhammad SAW. Ia tumbuh bersama Nabi dan merupakan salah satu sahabat terdekatnya.
  • Penunjukan oleh Nabi: Syiah percaya bahwa Nabi Muhammad SAW secara eksplisit menunjuk Ali sebagai penggantinya dalam beberapa kesempatan, termasuk pada peristiwa Ghadir Khum.
  • Kemampuan dan kebijaksanaan: Ali dikenal sebagai seorang pemimpin yang cakap, bijaksana, dan adil. Ia memiliki pengalaman dalam pemerintahan dan militer, dan dianggap sebagai salah satu sahabat Nabi yang paling cerdas dan berpengetahuan.
  • Wasiat Nabi: Syiah percaya bahwa Nabi Muhammad SAW meninggalkan wasiat tertulis yang menyatakan bahwa Ali adalah penggantinya. Namun, keberadaan wasiat ini masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan dan ahli tafsir.

Keyakinan Syiah bahwa Ali adalah penerus sah Nabi Muhammad SAW menjadi salah satu faktor utama yang membedakan mereka dari Sunni. Sunni percaya bahwa kepemimpinan sah umat Islam ditentukan melalui proses musyawarah dan pemilihan, dan tidak harus terbatas pada keluarga atau keturunan tertentu.

Kepemimpinan sah pada keluarga Ali.

Syiah percaya bahwa kepemimpinan sah atas umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW harus tetap berada di tangan Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan:

Penunjukan oleh Nabi: Syiah percaya bahwa Nabi Muhammad SAW secara eksplisit menunjuk Ali sebagai penggantinya dalam beberapa kesempatan, termasuk pada peristiwa Ghadir Khum. Dalam peristiwa ini, Nabi mengangkat tangan Ali dan berkata, “Barang siapa yang aku menjadi pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya.”.

Kewenangan ilahi: Syiah percaya bahwa kepemimpinan Ali dan keturunannya ditetapkan oleh Allah SWT. Mereka berpendapat bahwa Allah telah memilih Ali sebagai pemimpin umat karena ia memiliki kualitas dan kemampuan yang diperlukan untuk memimpin umat Islam.

Keutamaan keluarga Ali: Syiah percaya bahwa keluarga Ali memiliki keutamaan dan kelebihan khusus dibandingkan dengan keluarga lainnya. Mereka berpendapat bahwa Ali adalah orang pertama yang masuk Islam setelah Khadijah, dan bahwa ia selalu setia dan mendukung Nabi Muhammad SAW dalam setiap situasi.

Kemampuan dan kebijaksanaan keluarga Ali: Syiah percaya bahwa keluarga Ali memiliki kemampuan dan kebijaksanaan yang diperlukan untuk memimpin umat Islam. Mereka menunjuk pada kepemimpinan Ali sebagai khalifah keempat, di mana ia berhasil menyatukan umat Islam dan membawa keadilan dan kemakmuran.

Keyakinan Syiah bahwa kepemimpinan sah atas umat Islam harus tetap berada di tangan keluarga Ali menjadi salah satu faktor utama yang membedakan mereka dari Sunni. Sunni percaya bahwa kepemimpinan sah umat Islam ditentukan melalui proses musyawarah dan pemilihan, dan tidak harus terbatas pada keluarga atau keturunan tertentu.

Otoritas Al-Qur’an dan Sunnah.

Syiah, sama seperti Sunni, mengakui otoritas Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber utama ajaran Islam. Al-Qur’an dianggap sebagai firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril, sedangkan Sunnah adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW yang dijadikan sebagai pedoman hidup bagi umat Islam.

Syiah percaya bahwa Al-Qur’an dan Sunnah adalah sumber hukum Islam yang lengkap dan sempurna. Mereka berpendapat bahwa kedua sumber hukum ini berisi segala sesuatu yang dibutuhkan umat Islam untuk menjalani kehidupan mereka dengan baik, baik dalam urusan agama maupun dunia.

Namun, ada beberapa perbedaan antara Syiah dan Sunni dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur’an dan Sunnah. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk perbedaan pandangan mengenai kepemimpinan setelah Nabi Muhammad SAW dan perbedaan dalam sejarah dan tradisi kedua kelompok.

Misalnya, Syiah memberikan perhatian khusus pada hadis-hadis yang diriwayatkan oleh keluarga Nabi Muhammad SAW, terutama Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Mereka percaya bahwa hadis-hadis ini memiliki otoritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Nabi lainnya.

Terlepas dari perbedaan-perbedaan tersebut, Syiah dan Sunni sama-sama mengakui otoritas Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber utama ajaran Islam. Kedua kelompok ini juga memiliki banyak kesamaan dalam praktik keagamaan, seperti sholat, puasa, zakat, dan haji.

Kesamaan praktik keagamaan dengan Sunni.

Meskipun Syiah dan Sunni memiliki perbedaan pandangan dalam beberapa hal, mereka memiliki banyak kesamaan dalam praktik keagamaan. Kesamaan-kesamaan ini meliputi:

  • Sholat: Syiah dan Sunni sama-sama melakukan sholat lima waktu sehari, yaitu sholat Subuh, Zuhur, Asar, Maghrib, dan Isya.
  • Puasa: Syiah dan Sunni sama-sama menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Puasa dilakukan dengan menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan seksual mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
  • Zakat: Syiah dan Sunni sama-sama wajib membayar zakat, yaitu sebagian kecil dari harta kekayaan yang diberikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan.
  • Haji: Syiah dan Sunni sama-sama wajib melaksanakan ibadah haji ke Baitullah di Mekah jika mampu. Haji dilakukan pada bulan Dzulhijjah dan merupakan salah satu rukun Islam.

Selain keempat ibadah pokok tersebut, Syiah dan Sunni juga memiliki banyak kesamaan dalam praktik keagamaan lainnya, seperti membaca Al-Qur’an, berdoa, berzikir, dan bersedekah. Kesamaan-kesamaan ini menunjukkan bahwa Syiah dan Sunni memiliki banyak titik temu dalam menjalankan ajaran Islam, meskipun mereka memiliki perbedaan pandangan dalam beberapa hal.

Check Also

Sejarah kujang, Senjata Pusaka dan Simbol Budaya Sunda

Kujang adalah sebuah senjata tradisional khas Sunda yang telah ada sejak berabad-abad silam. Kujang memiliki …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *