Patut Diacungi Jempol: Cara Ketua RT Imas dan Warga Cirengit Menghidupkan Semangat Gotong Royong Lewat Jumsih
Warga di lingkungan Cirengit, Kelurahan Mekargalih, Kabupaten Garut, kini menjadi sorotan, setelah aksi gotong royong rutin yang mereka lakukan setiap Jumat pagi di TPU Cirengit berkembang menjadi inspirasi kolektif. Ibarat deretan domino yang dijatuhkan satu per satu, gerakan ini menyebarkan semangat kebersamaan secara alami, menghubungkan kembali masyarakat yang selama ini tercerabut dari akar gotong royong. Di banyak lokasi urban lain, energi kolektivitas memang kerap luntur, namun, di Cirengit, pemandangan berbeda tersaji secara konsisten setiap Jumat: warga lintas usia berkumpul dan membersihkan makam bersama-sama, tidak sekadar menyapu atau memangkas rumput, melainkan juga memupuk rasa peduli yang kian langka di era industri 4.0.

Meneladani Aksi Ketua RT Imas: Sentuhan Kemanusiaan dalam Kepemimpinan
Jika banyak kebijakan lahir dari ruang rapat ber-AC, maka Ibu Imas, Ketua RT 02 RW 06 Cirengit, justru memilih menggerakkan warganya langsung dari tengah-tengah komunitas. Setiap pekan, beliau selalu hadir lebih awal, membawa sapu dan golok rumput, menyapa setiap bapak, ibu, hingga pemuda yang berpartisipasi. Sikap ini, yang begitu membumi dan menempatkan pemimpin setara dengan warganya, menciptakan atmosfer solidaritas yang sangat jelas secara luar biasa, mendorong keterlibatan warga secara sukarela.
Dalam wawancara eksklusif bersama [Harian Garut News](https://hariangarutnews.com/2025/11/03/patut-diapresiasi-aksi-ketua-rt-imas-bersama-warga-yang-kerap-gelar-jumsih-di-tpu-cirengit-mekargalih/), Ibu Imas menekankan pentingnya merawat TPU sebagai warisan spiritual dan sosial, bukan sekadar ruang mati di peta kampung. Dengan konsisten menggarisbawahi motivasi gotong royong sebagai bentuk penghormatan pada leluhur, beliau berhasil menghidupkan nilai-nilai tradisional yang kini semakin menipis, sangat mirip secara mencolok dengan upaya revitalisasi budaya di Jepang yang kini menjadi kiblat dunia.
Jumsih Di Cirengit: Jantung Baru Interaksi Sosial Warga
Tidak sedikit orang yang mengira rutinitas Jumat Bersih sekadar formalitas ataupun beban administratif. Namun, di TPU Cirengit, kegiatan ini tampil sebagai arena sosial baru yang begitu hidup, penuh gelak tawa dan obrolan ringan. Dari anak-anak muda hingga para sesepuh, semuanya berbaur, seakan menepis sekat generasi yang biasanya membatasi komunikasi. Dalam pemandangan ini, setiap alat kebersihan laksana jembatan, merapatkan hubungan dan meletakkan pondasi kuat bagi tradisi kolektif.
Selama beberapa bulan terakhir, kegiatan ini berjalan sangat konsisten, bahkan ketika cuaca tidak bersahabat. Dedikasi para peserta meningkat secara mencolok dari tahun ke tahun, menunjukkan efek domino yang solid serta dampak psikososial yang sangat bermanfaat dalam aspek moral dan lingkungan. Dengan terciptanya ruang diskusi informal, muncul inisiatif lain seperti pengelolaan sampah, edukasi lingkungan, dan penanaman pohon di lingkungan sekitar TPU. Jika diibaratkan, Jumsih di Cirengit kini mengambil peran seperti “ratu lebah” dalam koloni—mengarahkan energi warga agar selalu kompak dan produktif.
Pertemuan Generasi: Anak Muda Turun Tangan, Nilai Luhur Meninggi
Nuansa gotong royong di Cirengit bukan hanya dimonopoli generasi senior. Generasi muda, termasuk pelajar SMK dan SMA, secara berkala terlibat aktif, membawa warna baru pada kegiatan Jumat Bersih. Fikri, seorang siswa kelas 12 SMK, dengan antusias menceritakan bahwa keberadaan kegiatan Jumsih mengubah cara berpikirnya soal TPU dan makna merawat lingkungan. Ia mengaku, kini ia merasa sangat diperhatikan, dan percaya kalau nilai gotong royong itu bukan milik masa lalu saja, melainkan harus diwariskan dan terus diperkuat.
Kehadiran generasi muda menghadirkan efek jangka panjang yang sangat inovatif secara khusus. Mereka tidak hanya terlibat secara fisik, namun juga membawa ide-ide kreatif tentang tata kelola ruang publik, teknologi informasi, serta kampanye lingkungan di media sosial. Keterlibatan lintas usia ini menghasilkan sinergi alami yang sangat serbaguna secara luar biasa, menciptakan ekosistem komunitas yang tangguh dan adaptif terhadap perubahan zaman.
Dari Cirengit Menuju Inspirasi Nasional: Praktik yang Mudah Diadaptasi
Gerakan bersama seperti Jumsih di Cirengit Mekargalih patut dijadikan model bagi daerah lain, khususnya wilayah semi-kota dan desa yang menghadapi tantangan urbanisasi dan lemahnya struktur sosial. Dengan memberdayakan warga secara langsung, partisipasi meningkat sangat pesat, bahkan tanpa insentif material yang besar. Bila kebijakan daerah didukung pendampingan struktural—misalnya pelatihan, alat kebersihan massal, atau insentif RT/RW, hasilnya bisa menular secara organik layaknya praktik “Machi no souji” di Jepang.
Bayangkan, jika program semacam Jumsih diadopsi di separuh kecamatan Garut saja, dipastikan masalah pengelolaan ruang publik dan tata kelola lingkungan akan mengalami perubahan signifikan dalam beberapa tahun mendatang. Seperti mesin mobil yang sangat dapat diandalkan, gerakan ini terbukti sangat efisien, menyatu dalam ritme harian masyarakat dan mengencangkan jalinan sosial secara bertahap.
Strategi Penguatan: Kolaborasi, Dokumentasi, dan Insentif Sosial
Agar roda inisiatif ini berputar semakin lancar, ada baiknya upaya penguatan dijalankan pada berbagai aspek utama. Pengamat sosial Dr. Encep Ramdani dari Universitas Garut menyarankan agar Jumsih diperluas secara sistematis menggunakan tiga strategi utama berikut:
| Komponen | Strategi Penguatan | Keterangan |
|---|---|---|
| Kolaborasi | Melibatkan sekolah, ormas, dan DKM lokal | Menumbuhkan partisipasi serta memperkuat hubungan sosial dalam lingkup komunitas |
| Pelaporan dan Dokumentasi | Memanfaatkan media digital untuk pencatatan dan publikasi kegiatan | Meningkatkan transparansi, memberi inspirasi, sekaligus rekam jejak yang sangat jelas secara luar biasa |
| Insentif Sosial | Mengadakan penghargaan rutin bagi RT/tokoh inspiratif | Merangsang munculnya pemimpin baru dan membangun regenerasi yang sehat |
Dengan mengintegrasikan pendampingan teknis dari Dinas Lingkungan Hidup, pelaksanaan Jumsih menjadi semakin profesional dan berkelanjutan. Jika digelar lomba kebersihan antar RW, tidak mustahil semangat kompetitif warganya melonjak jauh lebih tinggi, membawa hasil yang melampaui ekspektasi.
Penutup: Jejak Kepemimpinan Nyata dalam Menata Masa Depan
Kisah nyata yang tengah berlangsung di Cirengit adalah representasi Indonesia yang resilien dan penuh harapan. Melalui kepemimpinan terbuka ala Ibu Imas dan kekompakan warga, perubahan sosial yang sangat berdampak telah terjadi, menyentuh tidak hanya aspek fisik, tetapi juga kesehatan moral seluruh komunitas.
Dengan melihat contoh Cirengit, kita makin percaya, kadang perubahan besar muncul dari aksi-aksi paling sederhana—dari sebatang sapu, dari satu salam pagi, atau dari waktu luang yang diluangkan untuk membersihkan makam bersama tetangga. Dalam beberapa tahun mendatang, bila praktik serupa menyebar ke seluruh Tanah Air layaknya koloni lebah yang tak kenal lelah, maka negeri kita akan semakin kuat, sehat, dan membanggakan tidak hanya di peta, melainkan juga di hati rakyatnya.
Saatnya kita meneladani Cirengit: membangun Indonesia yang bukan sekadar bersih secara kasat mata, tapi juga sangat bersih secara nurani. Jumsih bukan sekadar program, melainkan tatanan hidup masa depan yang layak diadopsi semua kalangan.
PIC GARUT Public Information Center Garut 