Pemkab Garut bersama BRAC Berupaya Entaskan Masalah Kemiskinan
Pemerintah Kabupaten Garut mengambil langkah konkret untuk mengentaskan kemiskinan dengan menjalin kemitraan strategis bersama BRAC, organisasi internasional yang telah dikenal luas dalam pengembangan program pengentasan kemiskinan berbasis komunitas. Fokus kolaborasi ini tertuju pada penguatan program Ultra-Poor Graduation (UPG), sebuah pendekatan terstruktur yang telah terbukti efektif di berbagai negara berkembang.
Bupati Garut menyambut baik sinergi yang dibangun dengan BRAC dan menyatakan bahwa Garut memiliki potensi yang besar untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya kelompok rumah tangga miskin ekstrem. Langkah ini dinilai sebagai bagian dari komitmen pemerintah daerah untuk mewujudkan target pengurangan kemiskinan yang telah dicanangkan pusat.
UPG berfokus pada pendampingan intensif terhadap warga miskin melalui serangkaian intervensi, seperti pelatihan keterampilan dasar, akses permodalan, serta dukungan psikososial. Dalam konteks Garut, program ini akan mulai diimplementasikan secara pilot di sejumlah kecamatan yang memiliki angka kemiskinan tertinggi, dengan target penerima manfaat yang dipilih melalui verifikasi langsung di lapangan.
Perwakilan BRAC Indonesia menekankan bahwa pendekatan yang digunakan bukan hanya memberikan bantuan sementara, melainkan membekali peserta program agar dapat mandiri secara ekonomi dalam jangka panjang. Mereka juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas pihak, termasuk peran aktif perangkat desa, organisasi lokal, dan sektor swasta untuk memperkuat rantai nilai pendukung keberhasilan program.
Salah satu hal menarik dari inisiatif ini adalah adaptasi model UPG dengan karakteristik sosial-budaya masyarakat Garut. BRAC bersama tim teknis Pemkab akan menyesuaikan metode pelatihan, jenis usaha produktif yang dikembangkan, serta mekanisme monitoring agar selaras dengan kondisi daerah. Dengan pendekatan inklusif ini, diharapkan warga tidak hanya keluar dari garis kemiskinan, tetapi juga berhasil mengembangkan aset dan kapasitas dirinya dalam jangka panjang.
Pertemuan awal yang digelar antara kedua pihak menghasilkan peta jalan pelaksanaan dan mekanisme pelaporan berbasis data real-time. Sementara itu, tahapan pertama proyek akan melibatkan pelatihan fasilitator lokal dan penyusunan modul pelatihan adaptif, serta pemetaan rumah tangga miskin ekstrem melalui integrasi data BDT dan pendataan RT/RW.
Upaya kolaboratif ini menjadi bukti bahwa pengentasan kemiskinan tidak dapat bergantung pada intervensi tunggal, melainkan harus melalui pendekatan multidimensi yang melibatkan berbagai pihak secara holistik. Program-program seperti UPG menjadi modal penting untuk mendorong transformasi sosial yang berkelanjutan, bukan hanya sekadar menyalurkan bantuan, tetapi menanamkan keberdayaan jangka panjang bagi masyarakat.