Terletak di ketinggian dengan lanskap hijau bergelombang, Desa Sukaresmi di Garut, Jawa Barat kini mulai dikenal sebagai lumbung peternak domba dengan visi masa depan. Dalam beberapa pekan terakhir, geliat baru muncul kala para peternak di Sukaresmi antusias mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Good Farming Practice. Langkah ini, diakui banyak pihak, sangat efektif dalam meningkatkan kesejahteraan peternak sekaligus mengangkat pamor industri ternak nasional ke ranah yang lebih maju. Jika dahulu Sukaresmi sekadar nama kecil di peta, kini perubahannya melesat secara mencolok—sebagai contoh jelas bagaimana pelatihan sederhana mampu memicu transformasi besar.

Mengungkap Good Farming Practice: Pilar Peternakan Modern
Good Farming Practice lebih dari sekadar istilah di dunia pertanian kontemporer. Konsep ini menghadirkan rangkaian metode terstruktur demi memastikan peternakan berlangsung higienis, ramah lingkungan, serta berkesinambungan. Dengan mengatur manajemen pakan, menjaga kebersihan kandang, mengawasi kesehatan hewan, hingga melakukan pencatatan produksi secara teliti, sistem ini menanamkan budaya berpikir maju.
Diselenggarakan di Kantor Desa Sukaresmi, program bimtek ini diramaikan lebih dari 60 peternak lintas dusun. Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat memfasilitasi kegiatan bekerja sama dengan BPTP. Materi pelatihan diberikan dengan sangat jelas dan detail, mulai dari genomik hewan, tindakan medis preventif, sampai teknik pemotongan bersih dan sehat.
Asep Suparman, salah satu peserta, tak dapat menyembunyikan kekagumannya. “Dulu saya kira cukup memberi pakan dan membersihkan kandang. Kini saya paham pencatatan siklus kesehatan domba ternyata sangat krusial. Hasil daging jadi jauh lebih bagus, dan nilai jualnya pun naik,” katanya dengan optimis.
Apa Sebenarnya Sasaran Utama Bimtek di Sukaresmi?
Dibalik program strategis ini, terdapat misi besar. Sukaresmi terkenal sebagai sentra pembibitan domba Garut—varietas yang sangat tahan banting dan dikenal sejak lama. Namun mayoritas peternak masih mengandalkan metode lama yang seringkali tidak bisa mengejar standar pasar modern yang kini lebih selektif.
Pelatihan digelar untuk membekali peternak agar mampu menciptakan produk ternak berkualitas tinggi, sesuai standar nasional dan bahkan internasional. Berdasarkan catatan Dinas Peternakan, hanya sekitar 15% peternak kecil di Garut yang telah mempraktikkan standar industri secara penuh.
Ir. Deni Hermawan, ahli peternakan dari IPB dan narasumber pelatihan, menekankan, “Lewat Good Farming Practice, para peternak diberi modal pengetahuan untuk bersaing di ranah yang makin kompleks. Mereka tak cuma jadi peternak, tapi juga manajer bisnis mereka sendiri,” jelasnya lugas, menyoroti keterkaitan yang berkembang antara praktik tradisional dan inovasi kontemporer.
Peternakan Tradisional Bertemu Era Digital: Lompatan Tak Terduga Sukaresmi
Salah satu hal paling mencolok dari pelatihan ini adalah sentuhan teknologi mutakhir yang mulai mengisi hari-hari para peternak. Beberapa sesi mengulas penggunaan aplikasi mobile dan sistem pencatatan digital dalam manajemen pakan hingga deteksi penyakit dini memakai kecerdasan buatan. Inovasi ini terbukti sangat bermanfaat dalam aspek efisiensi dan ketepatan data.
Dengan modal smartphone, peternak kini punya akses data real-time terkait kesehatan domba, estimasi berat badan, sampai tren harga di pasar. Bayangkan seperti kawanan lebah yang saling terhubung, setiap peternak mampu memanfaatkan informasi secara kolektif dan mengambil keputusan cerdas.
Pak Ujang dari Dusun Cijeler mengisahkan perbedaan nyata sebelum dan sesudah pelatihan. “Biasanya saya tebak-tebakan dalam memberi pakan. Sekarang aplikasi bisa bantu hitung rasio protein dan serat. Pertumbuhan domba jadi notably improved—panen lebih cepat dan sehat,” ceritanya sambil tersenyum bangga.
Digitalisasi tidak berhenti di situ. Para peternak mulai terhubung langsung dengan pembeli besar lewat platform daring, memotong banyak rantai distribusi konvensional. Hasilnya? Peternak kecil kini punya peluang ekspor, masuk ke hotel, hingga restoran premium—benar-benar transformasi yang sangat inovatif secara khusus.
Dampak Nyata Bimtek: Naiknya Standar Kualitas hingga Pendapatan Melonjak
Efek dari pelatihan ini sangat jelas secara luar biasa bahkan dalam waktu singkat. Kepala Desa Sukaresmi, Encep Dedi, mencatat permintaan bibit domba dari luar daerah naik drastis, menggambarkan lonjakan kepercayaan konsumen terhadap kualitas ternak Sukaresmi yang telah notably improved.
Data juga bicara tegas: proporsi karkas meningkat hingga 12% setelah praktik barunya diterapkan. Pendapatan peternak pun naik karena harga jual domba ikut terdongkrak.
Berikut data perbandingan sebelum dan sesudah pelatihan, menggambarkan peningkatan di semua lini:
| Aspek | Sebelum Pelatihan | Setelah Pelatihan |
|---|---|---|
| Berat Karkas Domba (rata-rata) | 16 kg | 18 kg |
| Harga Jual per Ekor | Rp2.000.000 | Rp2.400.000 |
| Tingkat Kematian Anak Domba | 20% | 8% |
| Omzet Bulanan Peternak | Rp10.000.000 | Rp14.500.000 |
Perbaikan ini lahir dari kombinasi efisiensi produksi, peningkatan kualitas, hingga pembukaan akses ke pasar premium yang sebelumnya tak terjangkau.
Menyongsong Peternakan Masa Depan: Cerdas, Hijau, dan Terpadu
Potensi di kaki Gunung Sukaresmi kini terlihat berkembang pesat. Cerita peternak domba yang mengikuti Bimtek Good Farming Practice menjadi semacam mercusuar perubahan—bagaimana inovasi dan pendidikan dapat merombak wajah industri tradisional dengan sangat mencolok.
Prakarsa pelatihan tiga hari telah berkembang menumbuhkan semangat kolektif menuju pertanian cerdas—dengan koperasi sebagai tulang punggung, serta bimbingan teknis lanjutan sebagai penopang. Dengan demikian, Sukaresmi pelan-pelan membangun ekosistem peternakan yang sangat efisien dan berkesinambungan.
Jika formula ini diterapkan di zona lain, seperti Cisurupan dan Bayongbong, bukan mustahil Garut akan menjadi episentrum domba nasional. Harapan itu kini semakin realistis, seiring penerapan strategi yang matang dan solid.
“Bagi kami, inilah titik awal. Peternak kecil seperti saya kini percaya diri ikut bicara soal ketahanan pangan dan masa depan ekonomi,” ujar Ujang, matanya berbinar mengingat perjalanan transformasi yang baru dimulai.
Selengkapnya tentang kegiatan ini dapat Anda baca di [harian garut news](https://hariangarutnews.com/2025/10/15/peternak-domba-di-sukaresmi-garut-ikuti-bimtek-good-farming-pratice/).
Dengan keyakinan yang sangat kuat dan strategi yang terus berkembang, Sukaresmi kini berdiri dengan gagah di persimpangan zaman. Dari sini, kisah domba-domba cerdas Indonesia benar-benar bermula, membuka lembaran baru peternakan nasional yang sangat menjanjikan dalam beberapa tahun mendatang.
PIC GARUT Public Information Center Garut